Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rame dan Marah, Diguncang Partai Setan oleh Amien Rais?

20 April 2018   19:29 Diperbarui: 20 April 2018   19:44 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

REVOLUSI SPIRITUAL

Partai setan dan partai allah versi Amien Rais

Dengan "diproklamirkan" keberadaan partai setan dan partai allah oleh Amien Rais, hampir segenap elemen bangsa di negeri ini dibuatnya bereaksi geram. Tidak senang dan bisa disebut marah banget.

Mungkin karena langsung dipahami oleh sebagian besar umat beragama sebagai bentuk merendahkan Keagungan Allah.

Terus terang penulis pribadi bisa memahami pernyataan Amien Rais. Karena penulis merasa tidak asing dengan bahasa dari segala macam setan yang ada di kalangan masyarakat  terutama yang menyebar lewat jaringan medsos yang tidak pernah jeda menyebarkan hoax.

Ruang dunia maya yang sudah nyata tidak pernah sepi dengan suara caci maki bersahutan, ujaran kebencian, fitnah dan hasut menghasut.  Yang suara-suara itu menunjukkan suara orang yang sedang kerasukan setan.

Dan di sana sering ada suara Amien Rais terdengar lantang  memanasi hati para pendukungnya  maupun menyentuhkan bara api ke hati mereka yang dimusuhinya.

Pak Harto tidak tahu setan mana yang menang

1998, waktu Pak Harto lengser, beliau sama sekali tidak tahu setan mana yang bakal menang bertarung di poros-porosan.

Para "panglima" yang ada di poros kala itu  hanya Gus Dur, Megawati, Amien Rais, plus Akbar Tanjung (?) yang sama-sama bingung "menghadapi" badai reformasi yang menghempaskan orde baru hingga melenyap sampai hari ini.

Partai setan dan partai allah viksi Amien Rais

Menurut penulis. Sampai hari ini. Mungkin memang sesuai dengan apa yang dikatakan Amien Rais.  

Hampir semua parpol di negeri ini tanpa disadari telah bernyanyi dibarengi suara gendang silat jempalitan;  tabuhan koalisi partai kelompok setan, partai keluarga setan, partai kroni setan, partai komunis siluman, partai koalisi kaum aminakallah dengan kaum am'raisopopo.

Beruntung di negeri ini masih ada kelompok partai lainnya yang rada-rada sadar, belum terlalu parah kerasukan setan.

Yaitu kelompok partai yang berpendirian "masa bodoh" dengan pandangan salah atau benar para pengamat politik. 

Mereka sepakat dengan tekad. " Yang penting kita ikuti saja maunya Jokowi.  Biar suka blusukan,  mega proyeknya aduhai. Bisa bikin seluruh rakyat, pemborong dan pemilik modal mau untung yang hanya pas-pas saja, tetapi pasti tidak akan pernah habis dimakan anak-istri sampai cucu-cicit tujuh turunan."

 

Posolambe, puasa untuk bibir nyinyir

Sudahilah reaksi memusuhi Amien Rais. Dimaklumi sajalah kalau Amien Rais jelas cetho welowelo bisa omong salah karena memang selalu menyalahkan dan merendahkan orang lain. Terutama  ditujukan kepada Pak Jokowi.

Jangan terlalu menanggapi omongan Amien Rais yang sedang bingung kehilangan "kebenaran" yang sempat digenggamannya.  Pada hal kebenaran itu tidak pernah jauh dan hilang dari dirinya, tetapi agaknya sudah tidak bisa disentuh. Apa lagi untuk bisa dipegangnya lagi.

Barangkali Amien Rais perlu disarankan untuk tirakat  "posolambe (bisu)"---puasanya wong jowo, selama empat puluh hari.  Dengan diitikabkan di rumah saja kalau memungkinkan.

Kata orang-orang Jawa zaman dulu, posolambe (bisu) itu berpantang banyak omong "salah" yang menyalahkan orang yang tidak salah. Jadi puasa khusus untuk menyucikan diri atas dosa-dosa karena ucapannya.

Maju-mundur jadi Capres

Sekarang. Di tahun politik ini. Sedang rame sementara dengan partai setan dan partai allah versi Amien Rais. Sedang rame pula orang sibuk kebingungan maju-mundur mau jadi Capres atau jadi Cawapres. Prihatin banget melihat mereka bingung sendiri. 

Pada hal Capres resmi sudah ada. Begitu pun Cawapres nya yang tinggal disebut oleh Capresnya.

Capres dan modal duit

Mereka yang ingin jadi Capres tidak lagi bingung dengan modal duit yang harus bertimbun. Karena duit sudah tidak perlu jadi masalah.  Duit fiktif pun bisa dibanggakan di negeri ini.  Dan punya segudang duit-duitan pun tidak dilarang kalau hanya dijual untuk mainan.

Ada yang ingin jadi Capres dengan modal sanggup bayar seluruh utang negara dan membayari mereka yang mau umroh. Capres yang begini bukan cuma bingung tetapi juga tidak mengerti bahwa negeri ini sesungguhnya tidak butuh diutangi. NKRI adalah negara kaya raya.

Menurut penulis. Mudah-mudahan benar, untuk diketahui dan diingat siapa saja. Bahwa mungkin Pak Jokowi  mau menerima  hutang dengan maksud memberi kesempatan negara lain ikut cari rezeki di Indonesia. 

Sebab sejak berabad-abad silam, jauh sebelum kemerdekaan. Banyak negara lain yang suka mencuri dan merampok kekayaan Rakyat Indonesia. Dari pada mereka terus mencuri dan merampok, lebih baik uangnya diutangkan---ditanam, di sini dan mereka bisa ikut menikmati rezeki halal yang bergizi bersama rakyat Indonesia.

Capres bermodal keselamatan bank

Ada yang mau jadi Capres dengan salah satu modal menyelamatkan dunia perbankan Indonesia dengan menghabisi kejahatan kerah berwarna yang "putih" saja yang sudah puluhan tahun mencuri uang rakyat.

Itu jelas calon sangat bagus. Tapi jangan coba-coba melemahkan KPK dan menghentikan reklamasi dan meniadakan nawacita yang manfaatnya sudah mulai dirasakan rakyat .

Dan jangan cuma mau berantas kerah yang putih saja. Kerah yang hijau, biru, coklat, merah, kuning dan hitam pun harus disucikan pula.

Capres bermodal lebih pintar dan "fanatik"

Ada yang mau jadi Capres dengan modal lebih pintar dan lebih "fanatik" daripada Presiden Jokowi.

Itupun bagus. Tetapi  apa artinya kalau nggak paham Pancasila. Pasti hanya akan menjanjikan surga tanpa pantai yang direklamasi, karena hilang ditelan laut.

Capres bermodal gaya

Ada yang mau jadi Capres dengan modal pembawaan serba mirip Bung Karno. Ini hebat sekali karena selalu mengingatkan dan melanggengkan penampilan sosok Bapak Proklamator.

Capres bermodal  warisan dinasti

Ada yang mau jadi Capres dengan modal warisan dinasti yang tak akan habis untuk bikin partai politik.

Lha yang ini Capres yang parah banget. Capres yang model begini lebih baik bikin badan hukum berbentuk yayasan yang bergerak di bidang pendidikan pembangunan watak bangsa. Untuk menyempurnakan Pe Empat---ciptaan Pak Harto, yang berarti Pedoman Pengamalan Pancasila, menjadi "Perintah Pasti Pelaksanaan Pancasila." Hasilnya bisa diharapkan pasti sangat bagus buat kehormatan bagi generasi yang berdinasti.

Capres  bermodal konsep

Tidak ada satupun Capres yang bermodal konsep seperti Presiden Jokowi. Semacam "nawacita" yang gampang dimengerti, diterima, dilaksanakan dan segera dinikmati wujud mujizatnya yang diakui oleh seluruh mata dunia.

Rakyat sudah tahu banget siapa Capres yang pasti bakal dipilihnya. Jauh sebelum para Capres dan pasangannya resmi mendaftarkan diri di kape'u.

Maka Capres-Capres nanti tidak perlu terlalu kreatif bikin kampanye hitam atau yang belang-belang yang memusuhi Presiden Jokowi. Apa lagi dengan cara merusak SARA yang mutlak harus terjaga dalam kebhinekaan.

Zaman digital

Di zaman era digital ini. Siapapun Anda sangat diketahui oleh Pak Jokowi.

Tidak seorang pun putera terbaik negeri ini akan dibiarkan jadi pengangguran oleh Negara Pancasila. Siapa pun tidak akan dibiarkan  menjadi lansia yang merana di pelukan KodratNYA.

Sama. Seperti halnya dengan bumi pertiwi yang setiap jengkalnya harus disyukuri dengan dimiliki secara sah oleh setiap rakyat Indonesia turun temurun. Dan yang demikian itu sangat diakui dunia.

Yang penting siapa pun Anda harus terkesan Pancasilais. Kalau tidak sebaiknya Anda harus mencari negara lain yang tidak berpancasila. Negara yang demikian sangat banyak. Siapa pun tidak perlu khawatir.

Jangan islamofobia

Di zaman era digital ini. Islamofobia ditandai dengan peperangan melawan mereka---garis keras, yang mengaku Islam.

Dan juga ditandai dengan menonjolkan sikap kebencian dan permusuhan kepada pihak lain yang dianggap memusuhi Islam.

Kaum garis keras pasti dibentuk oleh mereka yang menganggap bahwa ada kaum muslimin yang lemah yang bisa diperalat untuk segala kepentingan "nekolim"---istilah Bung Karno.

Banyak umat Islam yang dianggap "nekolim," mudah dibodohi dengan janji-janji manis yang menyesatkan. Tentang keindahan surga yang pasti harus didapat dengan berperang demi agama. Dan melakukan teror di mana saja untuk kepentingan agama.

Untuk melawan niat jahat "nekolim," yang bersenjatakan penyesatan agama dan merusak SARA, pemerintah dan seluruh ulama Indonesia harus berjuang keras bisa  menjabarkan secara gamblang tentang  Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila. Kepada seluruh dunia.  Disamping dibutuhkan kesadaran dan kewaspadaan setiap warga masyarakat untuk membantu Densus 88 menangkap orang-orang bersenjata yang disesatkan pemahaman agamanya tentang Islam yang damai.

Komunistofobi dan nasakom

Di zaman era digital ini. Tidak kalah berbahaya dari islamofobia adalah komunistofobi yang pernah diingatkan oleh Bung Karno, waktu zaman memperkenalkan ide nasakom. Meskipun saat ini komunis hampir tidak berarti di negaranya yang sudah kelihatan jadi negara kapitalis.

Tetapi isu komunis akan bangkit lagi di negeri ini selalu bisa dijadikan alasan kuat untuk berbagai kepentingan politik tertentu yang agak sulit diraba. Terutama di tahun politik menjelang Pilpres 2019, saat ini.

Nasakom adalah ide Bung Karno untuk menerima dan menyatukan semua konsep bernegara yang dimiliki kaum nasionalis religius dan kaum komunis yang ada di negeri ini.

Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir, Kasman Singodimedjo, Karto Soewirjo, Tan Malaka dan juga Alimin, Muso, Ki Bagoes Hadikoesoemo dan yang lain adalah tokoh-tokoh perintis dan pejuang kemerdekaan yang sangat faham dengan Marxisme.

Atas pemahaman yang dilandasi kesadaran dan kecerdasan bernegara, mereka mampu menguji kualitas Marxisme.  Mereka sangat tahu tentang kebaikan dan bahaya ajaran Marxisme. Dan mereka juga bisa menentukan sikap masing-masing terhadap ajaran tersebut dalam bernegara.

Berdasar hanya  yang diingat penulis. Bung Hatta cenderung memilih sistem ekonomi yang koperasi. Syahrir mendirikan Partai Sosial Indonesia. Ki Bagoes Hadikoesoemo menjadi tokoh Muhammadiah. Kasman Singodimedjo mendirikan Masyumi, Karto Soewiryo mendirikan Darul Islam, Tan Malaka menuliskan gagasannya dalam Madilog, Alimin-Muso mendirikan PKI.

Sedang Bung Karno berusaha keras bertahun-tahun memeras pikiran dan jiwanya untuk "mengimbangi" konsep Marxime yang dipandang sangat hebat saat itu tetapi dipandangnya sangat mengabaikan kebenaran mutlak yang disampaikan ajaran agama---Islam.

1 Juni 1945 Bung Karno membentangkan secara singkat Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. Untuk melengkapi pilihan ideologi yang sudah dianut para negarawan negeri ini pada saat itu.

Marhaenisme dan Marxisme

Maka sungguh sangat menyesatkan jika Pak Harto pernah mengatakan bahwa Marhaenisme adalah Marxisme yang diterapkan di Indonesia.

Marhaenisme adalah lawan nyata yang tidak perlu harus bertarung dengan Marxime yang melahirkan komunisme. Marxisme akan hilang dengan sendirinya tanpa dilarang untuk diajarkan, karena tidak sinkron dengan kehidupan alam semesta yang maha sempurna segalanya.

Orang yang sangat mengerti Marxisme bisa sangat menolak ajaran Marxisme.  Dan siapa pun yang menolak Islam pasti tidak mengerti kebenaran mutlak yang disampaikan Islam dalam realita bernegara. 

Penulis pernah menduga.  Jangan-jangan marxisme itu lahir terinspirasi oleh Bibbel dan Alqur'an. 

Berdasar yang terbaca di internet, Marx yang menggagas marxisme  adalah seorang filsuf yang beragama Nasrani yang sudah pasti memperhatikan dengan cermat sejarah dan konsep dasar semua ajaran kitab suci yang sudah ada waktu itu?

Demikian. Terimakasih dan salam sejahtera bagi yang sempat membaca tulisan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun