Rakyat sebaiknya tidak usah membuang ongkos, bersusah payah meghabiskan tenaga datang ke Jakarta dan membuang waktu hanya untuk demo salat.
Keuntungan apa yang didapat dengan demo salat bersama yang demikian? Jangan ada yang jawab bahwa keuntungan salat dalam aksi demo 212 super damai adalah “terserah Tuhan.” Sebab salat yang diterima Allah adalah salat mereka yang berserah diri—tanpa menuntut apapun maupun siapa pun.
Kalau mereka yang salat menuntut keadilan kepada Presiden Jokowi. ya silakan saja. Tuhan tak peduli, karena presiden pun termasuk golongan mereka yang berserah diri kepada Tuhan.
Namun di sana terlihat, pada sebagian dari luas Monas. Di antara zikir, takbir yang mengiringi lantunan doa dan pekik-pekik “gantung Ahok.”
Hadir juga kelompok jamaah yang lain dan berbeda. Mereka terdengar nyata jelas dengan ratapan doa mohon “Bapak Basuki Tjahaya Purnama mendapatkan Hidayah” seperti yang dirindukan seluruh umat Islam. Sungguh mengharukan dan menyayat hati bagi yang mendengar dan ikut berdoa.
Doa itu sangat indah bagai doa seluruh isi alam semesta yang menyatu dengan harapan Tuhan, para Rasul dan doa para pahlawan yang sudah terbaring abadi di pangkuan ibu pertiwi. Doa memuliakan manusia sesuai Kehendak-NYA.
Banyak di antara mereka tanpa menyadari telah berderai air mata dibawah Monumen Nasional. Mereka tanpa menyadari sedang didekap dan dipeluk oleh indahnya keimanan dalam berbangsa.
Makar, mengalihkan perhatian
Pada hari yang sama dengan doa 212 super damai. Tersiar berita yang tidak cukup mengejutkan apa lagi menghebohkan. Ada mereka yang ditangkap diduga merencanakan “makar.” Jakarta makin menarik untuk diperhatikan warga Jakarta.