Mohon tunggu...
Ashari Setya
Ashari Setya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lelaki, manusia, terbuat dari tanah, bernafas dengan paru-paru, memakan nasi, meminum air.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jika Aku Seorang Rasulullah

24 Desember 2015   01:09 Diperbarui: 24 Desember 2015   14:31 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

12 Rabiul Awal. Maulid Nabi Muhammad. Peringatan hari kelahiran nabi besar Muhammad SAW.

 

Sempat terbesit pikiran iseng dan nakal dalam otak ini. Iseng tapi masuk akal juga saya kira.

“ Kira-kira kalau nabi Muhammad lahir pada tahun 2015 gimana ya?”

“Metode  nabi Muhammad agar bisa diakui sebagai nabi gimana ya?”

“Bagaimana kemudian Islam bisa menyebar ke seluruh penjuru dunia?”

“Kalau aku jadi Nabi Muhammad gimana ya?”

 

Saya sendiri tak habis pikir, bagaimana cara beliau, nabi Muhammad menyebarkan agama Islam? Kalau nabi Muhammad lahir pada tahun 2015. Mungkin sudah dianggap sebagai nabi palsu pembawa ajaran sesat dan halal darahnya.  

 

Tapi, anggapan sebagai nabi palsu pembawa ajaran sesat saya rasa sudah terjadi pada zaman beliau dahulu. Bagaimana beliau menerima begitu banyak penolakan mengenai konsep tauhid, konsep keislaman dan kerasulan Muhammad. Serangan dan ancaman ada dimana-mana. Hingga Muhammad akhirnya menempuh jalur dakwah sembunyi-sembunyi pada masa-masa awal kerasulannya.

 

Andai Aku adalah Nabi Muhammad

Kemudian kalau diri ini membayangkan menjadi Nabi Muhammad itu kok ya agak nggak enak hati. Membayangkan menjadi nabi Muhammad saat mengajarkan melafalkan kalimat Syahadat. Asyhadu an-la Ilaha illa l-lah wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah. (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah) dan kemudian bilang ke orang lain, “Hei, aku ini Muhammad rasulullah loh. Aku nabi kalian. Pembawa ajaran Islam. Percayalah. Maka, kalian akan selamat dan dilindungi Allah.”

 

Kalau aku jadi nabi Muhammad kan ya agak ewuh-pakewuh dan rasanya agak gimana, tiba-tiba hadir di tengah masyarakat dan ngaku-ngaku rasul di depan orang banyak.

Tugas yang sangat berat pastinya. Serangan, ancaman dan cap sebagai nabi palsu pembawa ajaran sesat dan pekikan halal darahnya pasti begitu luar biasa.

 

Kemudian, saat beliau mengajarkan sholat atau pada saat beliau menunaikan ibadah sholat. Pasti dalam sholat wajib membaca syahadat. Lah, masak beliau menyebut-nyebut namanya sendiri dalam sholatnya. Agak awkward mungkin kalau kata anak jaman sekarang. Dan kalau aku jadi Nabi Muhammad pasti akan ketawa-ketawa sendiri.

 

Pelajaran dari Islam Sebagai Agama Yang Asing di Zaman Rasulullah

Bagaimana Islam menjadi besar adalah pertanyaan yang mendasar. Bagaimana bisa agama yang awalnya adalah agama yang asing, agama yang dicap sesat bisa menjadi salah satu agama besar dimuka bumi?

 

Ya, mungkin juga merupakan pertanyaan yang sama bagi pengikut agama kristen, yahudi, hindu, budha dan agama-agama yang lain.

 

Maka, tak salah jika ada hadist yang menyebutkan bahwa “Pada awalnya Islam itu asing dan Islam akan kembali asing sebagaimana pada awalnya. Sungguh beruntunglah orang-orang yang asing.” (HR Muslim no 389 dari Abu Hurairah)

 

Dan karena gigihnya beliau menyebarkan konsep keislaman, tak salah jika kemudian beliau, Nabi Muhammad SAW dimasukkan sebagai tokoh nomor 1 dari 100 tokoh berpengaruh di dunia dari buku The 100 karya Michael.H. Hart yang ditebitkan pada tahun 1978.

 

Jangan Membenci Keterasingan

Ada sesuatu yang menarik menurut saya dari awal-awal keterasingan agama Islam pada zaman Nabi Muhammad dulu.

 

Islam lahir sebagai sesuatu yang asing dan kalau kita mau hubungkan dengan kondisi saat ini yang terdapat begitu banyak muncul aliran-aliran keagamaan, muncul berbagai ajaran-ajaran keagamaan dan mungkin juga ada yang mengaku nabi baru tentu ada begitu banyak kesamaan.

 

Kesamaannya adalah masyarakat dulu dan sekarang masih sangat begitu reaktif terhadap aliran-aliran keagamaan, ajaran-ajaran agama baru dan nabi-nabi yang dicap palsu itu. Begitu banyak konflik horizontal antar masyarakat. Kebebasan beragama menjadi hanya macan kertas di lembaran konstitusi negara Indonesia.

 

Pertikaian, pertumpahan darah, isak tangis dan jerit perlawanan selalu mewarnai konflik keagamaan di Republik ini. Padahal jika menengok kebelakang. Islam dulu juga lahir sebagai sesuatu yang asing.

 

Begitu juga dalam memandang begitu banyak aliran-aliran yang mengaku-ngaku dan membawa-bawa nama Islam. Islam Sunni, Islam Syiah, Islam Si-B, Islam Si-C hingga Islam si-Z. Begitu banyak penolakan dan tak jarang diakhiri dengan pertumpahan darah karena saling tuduh menuduh yang lain adalah aliran yang sesat.

 

Kita sebagai manusia tidak mempunyai hak untuk melegalisasi suatu ajaran itu benar atau sesat. Kalau kata tokoh budayawan Surabaya Cak Priyo Aljabar, “Sesama murid dilarang mengisi rapot temannya”.

 

Saya teringat guyonan Cak Nun saat menanyai Nabi Muhammad.

“Ya Rasulullah Muhammad. Panjenengan itu Islam Syiah, Sunni, Ahmadiyah, Muhammadiyah atau NU?”

“Hah? Apa? Sebentar-sebentar…Syiah itu apa? Sunni itu apa? Muhammadiyah itu apa? Ahmadiyah itu apa? NU itu apa? Kok saya baru denger?”

 

Masalah keyakinan keagamaan adalah masalah keimanan. Kita tak bisa membuktikan secara empiris, materialis dan kasat mata mengenai kebenaran adanya Tuhan. Pasti ada gap antara diri kita dan apa yang kita sebut Tuhan. Maka ada konsep yang namanya iman untuk mempercayainya. Iman itu bisa terasah tajam dan bahkan menumpul  berdasaran pengalaman dan rasa tiap-tiap manusia. Itulah yang disebut dengan pencarian. Manusia mempunyai jalan dan cara sendiri-sendiri untuk mencapai Tuhannya. Yang lain? Harus menghormati.

 

Kemudian sebelum tulisan ini selesai, tiba-tiba ada bisikan seperti ini, “Lalu, kemudian. Bagaimana jika muncul agama, ajaran, aliran atau nabi baru yang mengajarkan kekerasan, pembunuhan, kekejaman. Menghalalkan nyawa orang lain. Membuat tidak aman dan nyaman orang sekitarnya? Apa harus dihormati juga? Toh, kebebasan beragama.”

“Ya, kalau itu sih…………………” Sebelum aku selesai menjawab bisikan itu membisik lagi,

“Eh, Tapi di Al-Quran di Surat Al-Kahfi ada kisah Nabi Khidir A.S. yang dulu malah diperintah Tuhan untuk tiba-tiba melubangi kapal sehingga menenggelamkan penumpangnya, Kemudian membunuh anak kecil. Dan tiba-tiba lagi membetulkan tembok yang hampir roboh dari orang-orang yang tak ramah pada mereka. Hayo…..”

“Ya, kalau itu sih……………...…..” Sebelum aku selesai menjawab lagi, tiba-tiba listrik padam. Byarrp…….

 

Selesai………

 

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun