Mohon tunggu...
Rohmadi
Rohmadi Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pustakawan di Ma'had Bustanul Quran Assuryaniyah Bekadi

Nama saya adalah Rohmadi. Semrntara nama pena saya adalah Ahmad Shadiq (ashadiq ghazi). Saya suka membaca buku dan menulis. Saya suka membaca buku cerita dan motivasi, terutama dalam pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menjaga Hati Pasti Bahagia

28 Februari 2024   17:24 Diperbarui: 28 Februari 2024   17:27 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hati yang bersih berarti hati itu terasa hidup dan sehat, sebaliknya hati yang kotor pasti nampak hati itu terkena penyakit hati yang sering menyifati hati itu telah mati. Berbahagialah bagi yang bisa menjaga hati. 

Inilah sekilas goresan sebuah pena berawal dari kata hati, dengan hati. Semoga bermanfaat. Secara khas buat pribadi yang menulis, dan secara umum bagi umum yang membaca goresan pena dengan bahasa hati. Menulis dengan hati itu penting, agar semua yang tertulis ini bisa masuk ke hati. Dari hati ke hati. Ya, ini biasa terucap dalam bahasa cinta.

Kenapa saya tulis "Jagalah Hati, Pasti Bahagia"? Semoga bermanfaat bagi yang membaca tulisan ini. Hal ini saya berbagi pengalaman, sepertinya mengesankan. Buat jati diriku maupun bagi orang lain. 

Ini pengalaman yang mengesankan, saat saya menempuh perjalanan dari kota hujan Bogor, di desa Jampang Kecamatan Gunung Sindur menuju ke kota industri Bekasi, tepatnya di daerah wilayah Setu-Bantar Gebang, Cimuning Mustika Jaya kota Bekasi. 

Kenapa perlu menjaga hati dan pikiran? Secara khas, saya berharap agar berada dalam kebaikan. Memang, hati dan pikiran yang bersih, pasti akan membawa keberkahan. Sebaliknya, jika lalai hatinya hingga pikirannya teracuni perkara yang buruk, ternyata memberi pengaruh yang buruk bagi seseorang.

Jaga hati akan menjaga pandangan, pendengaran dan ucapan. Seseorang pasti akan mendapat ujian. Ujian hidup berbeda dengan ujian sekolah. Dalam hidup akan mendapat ujian setiap waktu dan setiap hari. Baik ujian dalam kesehatan, keluarga maupun dalam pekerjaan. Sementara untuk ujian sekolah, biasanya di lakukan jika materi ajar selesai, atau sesuai dengan kalander pendidikan. Hal ini bila ada penilaian atau dalam sistem kurikulum merdeka dengan istilah sumatif tengah semester (STS), Sumatif Akhir Semester (SAS), dan Sumatif Akhir Tahun (SAT) atau sering menyebutnya dengan Ujian Kenaikan Kelas (UKK). Bagi yang bisa menjaga hati dan pikiran, pasti bahagia. Bentuk bahagia ini membawa keuntungan, tiada kata "rugi."

Atau ketika hati kita kosong, hanya rasa terbesit bisikan yang buruk, jika sesuatu yang tidak kita inginkan, berarti sesuatu itu bukanlah sebagai ujian hidup, namun sebagai peringatan dari Allah SWT, agar kita harus menjaga hati. Selalu ada kesadaran akan hubungan dengan-Nya. 

Saat tiba di perempatan di Cibinong, saya berhenti karena sedang lampu merah. Saya tatap arah ke depan, lalu saya arahkan ke kiri atas terlihat sepanduk yang memberi informasi adanya acara tabligh akbar bersama seorang habib. Beliau tinggal di daerah Cisarua dekat Ciawi kearah puncak Bogor. Saya nggak sebut namanya, karena malu. Memang saat saya bersamanya waktu studi di kampus, saling bekerjasama.

Lalu, saya lihat wajahnya di gambar tersebut. Ternyata ia adalah satu teman satu angkatan studi di Universitas berwarna putih di kota hujan, letaknya di tol Ciawi. Sebelum masuk ke sekolah perguruan tinggi tersebut, perlu melewati masjid Amaliah Ciawi. Ya, banyak yang menyebutnya dengan kata UNIDA Bogor. 

Terbesit dalam hati kotor, terucap kata: " eh...ia kan habib yang tinggi badannya, kulitnya hitam manis, seringkali saya mengerjakan tugas materi makalah yang akan ia sampaikan. Hmm...sering iseng juga padaku. Nggak papa lah...saya juga dapat makanan darinya." 

Terlihat lampu hijau, akhinya saya mulai berjalan. Waktu saya sampai batas penyeberangan jalan, saya merasa motor seperti tergoyang-goyang. Lalu, saya perhatikan ke bawah menuju ke ban belakang ternyata ban kempes. 

Saya turun dari motor, kemudian saya menuntun motor berjalan ke arah depan. Pandang ke kanan dan ke kiri, mungkin ada tempat tambal ban atau ganti ban dalam. Saat saya lihat ke depan ada yang sedang tambal ban, saya pergi ke tempat servis motor. Tempat itu bisa kita sebut dengan bengkel mini.

Sampai di lokasi tambal ban, saya bilang.

"Permisi pak...maaf, saya minta tolong bahwa ban motor belakang ini di tambal, jika terlihat bocor atau sobek bannya besar, saya minta diganti ban baru saja. Terimakasih."

"Baik...Wah...ini sobeknya besar. Bocor bannya karena ada tusukan dari mour yang nancap sekitar 5 cm. Ban dalam sobek dekat lokasi isi angin. Jika hanya ditambal, nggak kuat. Jadi ban dalam ini harus diganti yang baru."

"Boleh pak...ganti saja. Di sini ada pak?"

"Nggak ada nak...oke, saya ambil ban baru di tempat bengkel teman di depan."

Menunggu ban diganti dengan yang baru, saya lihat ada yang menjual minuman dan makanan ringan dengan motor. Seperti saya lihat pedagang kaki lima di Grand Wisata Bekasi. Selain itu saya juga melihat seorang bapak yang membawa barang-barang bekas. Masyarakat sering menyebutnya sebagai orang yang mengumpulkan barang bekas, seperti gelas plastik aqua, botol, dan barang bekas yang lain.

Saat saya duduk dekat motor yang sedang ditambal, saya merasa tergejut. Kaget karena melihat ulat yang berwarna kuning dan hitam berjalan. 

Lalu, saya ambil tas dan berdiri. Ketika berdiri, saya menyaksikan angin yang kencang, pohon bergoyang-goyang. Bahkan daun yang terlihat berwarna kuning dan kering, jatuh bertebangan. Burung-burung yang ada di pohon bertebangan meninggalkan tempatnya. Kata hati, sepertinya mau hujan deras.

Saya ambil jas hujan di jok motor, lalu saya pakai jas hujan. Kemudian saya menghampiri bapak yang duduk di bangku depan sungai. Ternyata beliau menunggu motornya yang baru ditambal bannya. 

Bapak yang menunggu tambal ban yang terlihat bocor terkena moer seperti ban motor saya. Hanya saja sobeknya tidak sebesar motor saya. Ia berucap, " silahkan pak..."

"Terimakasih..." jawabku. 

Tanpa sengaja karena ulat yang seperti tadi menampakkan lagi, hatiku yang mungil berkata "Masya Allah... saya kaget lagi. Ada ulat yang melintas disamping tas."

Melihat suasana yang dingin, langit berwarna putih campur biru dan nampak kegelapan. Ternyata langit berubah menjadi mendung. Kejadian itu, saya berdiri dari bangku yang berada di bawah pohon besar, dibawahnya ada sungai. Tas saya angkat lagi khawatir ulat masuk ke tas. 

Waktu bapak penjual minuman itu berada di belakang tempat tambal ban, dan gerobak tempat barang-barang bekas. Saya menghampirinya, 

"Bapak...maaf, ini sungai apa ya...dan pohon yang besar ini namanya jenis pohon apa?"

"Ini sungai Ciluwer...dan nama pohon yang Anda lihat ini adalah pohon rangga."

"Mmm...saya kira ini sungai Ciluwung. Satu jalur dengan sungai Ciluwung yang ada di Warung Jambu, Jalan Baru. Saya kemarin mampir Masjid At-Taqwa samping Ma'had Al-Azhar. Saya bernostalgia saat saya belajar di ma'had (Ponpes) di situ. Memang suasananya berbeda dengan masa lalu, ternyata sekitar 20 tahun saya meninggalkan tempat itu. Kini, menjadi SDIT Al-Azhar Bogor."

"Pak...jual minuman es nggak? Jika ada, saya mau beli."

"Ada...mau minum apa?" Sapaannya.

 "Ingin minum Nutri sari rasa mangga...yang ini saja pak, saya pilih jenis Nutri Sari rasa Jeruk Nipis." Ucapku padanya.

"Ya...asal dari mana mas? Sepertinya dari Jawa Tengah." Tanya penjual es.

"Saya dari Jogja pak...kota pelajar, atau di daerah yang banyak lauk gudeg." Jawabku.

"Oo...oo, asal omahku ning Purwarejo. Wes suwe ning Jakarta. Saiki aku tinggal ning Tangerang." Kata penjual.

"Ten Bogor pun dangu pak...?" Tanyaku.

"Wes suwe, sejak tahun 2008. Sampeyan putrane pinten?" Ucapan penjual.

"Kulo pun gadah kaleh putra...pria sedanten." Sapaanku.

"Berarti wes suwe dong... pak neng bogor." Serunya padaku.

"Nggih...sejak tahun 2002 ten Bogor, daerah Ciampea, dekat Darmaga IPB Bogor, tepatnya di pondok pesantren Darul Falah. Biasa pak...merantau...banyak orang yang tinggal di tempat rantauan dapat pasangan di tempat itu." Jawabku. Lalu saya bertanya pada beliau,

"Sinten naminya pak..." 

"Nami kulo Safyan." Jawabnya.

"Matur nuwun pak Safyan es nutri sarinya." Sapaan berpisah sejenak.

"Yo...pado-pado mas...." Kata pak Safyan.

Usai beli es di tempat pak Safyan, saya datang lagi ke tempat bengkel mini, tambal ban di Cibinong dekat gedung Bupati Bogor di Cibinong. Saat saya sampai dibengkel, karena angin kencang dan turunnya air hujan, saya lihat ke arah tempat jualan pak Safyan. Ternyata motor jualannya roboh, payung di motor itu terbalik. Saya bersama bapak pembawa barang bekas menghampirinya dan menolong mendirikan motornya.

Kemudian saya datang lagi ke bapak yang memperbaiki motor dengan mengganti ban yang baru. Karena sudah selesai pasang ban dalam baru, maka motor yang akan saya naiki siap dipakai. Saya bayar upahnya sekitar Rp.50.000,- Karena hujan deras, saya nggak berani cepat. Sekitar 10 menit, sampai di Mall City Cibinong, saya berhenti. Ternyata hujan deras sekitar tempat saya berhenti tambal ban, bengkel motor mini. Bukan turun hujan secara menyeluruh kota di Bogor, Cibinong, Citeurep.

Setiap peristiwa ada hikmahnya. Rahasia yang tersembunyi. Manusia yang selalu hati-hati, menjaga hati dan pikiran agar sesuai standar perbuatan (almiqyasul amal) Islam, akan mengantarkan ketenangan, dan membawa rasa bahagia. Jika lalai dan berbuat salah, hendaknya punya rasa sadar untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut, dan mengiringi setiap kesalahan itu dengan beramal shaleh. Tentu, senantiasa beramal sesuai ajaran Islam.

Saya ingat kejadian tadi saat berada di perempatan Cibinong, ternyata saya bersalah. Seharusnya saya tidak berprasangka buruk pada seorang sahabat. Maka saatnya saya berusaha melanjutkan kehidupan Islam. Terikat dengan aturan Islam. 

Dalam Islam menjaga hati sangatlah penting agar terhindar dari penyakit hati seperti iri, sombong, dan berprasangka buruk.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian." (HR. Muslim no. 2564).

Mungkin peristiwa ini bisa menjadi sebuah muhasabah. Kenapa? Bulan Januari tahun 2024 ini termasuk awal perhitungan, evaluasi atas tahun sebelumnya, tahun 2023 yang lalu. Kebiasaan yang buruk harus ditinggalkan. Harus berubah pada lembaran yang baru, menjadi orang yang istimewa, bukan jadi orang biasa. Tentu, setiap yang hendak dilakukan selalu sebagai amal yang terbaik. Dihadapan Allah SWT dan hamba-Nya. 

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun