Saya turun dari motor, kemudian saya menuntun motor berjalan ke arah depan. Pandang ke kanan dan ke kiri, mungkin ada tempat tambal ban atau ganti ban dalam. Saat saya lihat ke depan ada yang sedang tambal ban, saya pergi ke tempat servis motor. Tempat itu bisa kita sebut dengan bengkel mini.
Sampai di lokasi tambal ban, saya bilang.
"Permisi pak...maaf, saya minta tolong bahwa ban motor belakang ini di tambal, jika terlihat bocor atau sobek bannya besar, saya minta diganti ban baru saja. Terimakasih."
"Baik...Wah...ini sobeknya besar. Bocor bannya karena ada tusukan dari mour yang nancap sekitar 5 cm. Ban dalam sobek dekat lokasi isi angin. Jika hanya ditambal, nggak kuat. Jadi ban dalam ini harus diganti yang baru."
"Boleh pak...ganti saja. Di sini ada pak?"
"Nggak ada nak...oke, saya ambil ban baru di tempat bengkel teman di depan."
Menunggu ban diganti dengan yang baru, saya lihat ada yang menjual minuman dan makanan ringan dengan motor. Seperti saya lihat pedagang kaki lima di Grand Wisata Bekasi. Selain itu saya juga melihat seorang bapak yang membawa barang-barang bekas. Masyarakat sering menyebutnya sebagai orang yang mengumpulkan barang bekas, seperti gelas plastik aqua, botol, dan barang bekas yang lain.
Saat saya duduk dekat motor yang sedang ditambal, saya merasa tergejut. Kaget karena melihat ulat yang berwarna kuning dan hitam berjalan.Â
Lalu, saya ambil tas dan berdiri. Ketika berdiri, saya menyaksikan angin yang kencang, pohon bergoyang-goyang. Bahkan daun yang terlihat berwarna kuning dan kering, jatuh bertebangan. Burung-burung yang ada di pohon bertebangan meninggalkan tempatnya. Kata hati, sepertinya mau hujan deras.
Saya ambil jas hujan di jok motor, lalu saya pakai jas hujan. Kemudian saya menghampiri bapak yang duduk di bangku depan sungai. Ternyata beliau menunggu motornya yang baru ditambal bannya.Â
Bapak yang menunggu tambal ban yang terlihat bocor terkena moer seperti ban motor saya. Hanya saja sobeknya tidak sebesar motor saya. Ia berucap, " silahkan pak..."