Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paradoks Kebahagiaan

25 Januari 2025   21:55 Diperbarui: 25 Januari 2025   21:53 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siklus yang Tak Berujung

Tahapan-tahapan ini menciptakan lingkaran setan kebahagiaan yang tak berujung. Penderitaan memulai perjalanan, pengorbanan sepanjang perjalanan, dan hasil akhirnya sering kali membawa lebih banyak beban, baik dalam bentuk kekecewaan atau tanggung jawab baru. Siklus ini menunjukkan bahwa mengejar kebahagiaan dengan cara yang salah hanya memperpanjang penderitaan, bukan menyelesaikannya.

Melalui analisis ini, menjadi jelas bahwa kita perlu mendefinisikan ulang kebahagiaan. Daripada menganggapnya sebagai tujuan akhir, kebahagiaan perlu dilihat sebagai proses hidup yang holistik dan seimbang, seperti yang ditawarkan oleh Teori Kebahagiaan Integral.

Kebahagiaan Klasik yang Sederhana

Dalam pandangan klasik, kebahagiaan sering dilihat sebagai tujuan sederhana yang dapat dicapai melalui dua pendekatan utama, yaitu:

Kenikmatan Sesaat (Hedonisme): Filosofi ini berakar pada gagasan bahwa kebahagiaan ditemukan dalam pengalaman-pengalaman yang memberikan kenikmatan langsung, seperti makanan lezat, hubungan romantis, atau hiburan. Hedonisme berfokus pada menikmati momen-momen kecil dalam hidup tanpa terlalu memikirkan konsekuensinya. 

Pencapaian Moral (Eudaimonia): Tradisi filsafat seperti yang diajarkan oleh Aristoteles menekankan bahwa kebahagiaan adalah hasil dari menjalani hidup yang bermakna, berbudi luhur, dan seimbang. Dalam pendekatan ini, kebahagiaan tidak hanya tentang "merasa baik," tetapi juga "menjadi baik."

Namun, kebahagiaan klasik sering dipahami dalam konteks yang lebih sederhana, di mana tekanan sosial dan kompleksitas kehidupan modern belum menjadi faktor dominan.

Tantangan di Era Modern

Di dunia modern, kebahagiaan telah mengalami transformasi menjadi sesuatu yang jauh lebih kompleks dan sulit dicapai. Ada beberapa tantangan utama yang membuat kebahagiaan terasa semakin jauh, karena: 

Kebahagiaan sebagai Komoditas: Kapitalisme modern telah mengkomersialisasi kebahagiaan. Industri seperti pariwisata, hiburan, dan media sosial memasarkan kebahagiaan sebagai sesuatu yang dapat "dibeli" atau "dimiliki." Iklan dan influencer menciptakan ilusi bahwa produk tertentu atau gaya hidup tertentu adalah kunci kebahagiaan. Akibatnya, kebahagiaan bukan lagi tujuan intrinsik, melainkan target eksternal yang harus dikejar tanpa henti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun