1. Adaptasi dan Morfologi.
 Organisme dapat mengalami perubahan morfologi yang didorong oleh tekanan lingkungan tanpa perubahan signifikan dalam hubungan filogenetik mereka. Misalnya, pertimbangkan evolusi sayap pada kelelawar dan burung, di mana adaptasi morfologi untuk terbang terjadi secara independen.
2. Dinamika Genetik dan Filogenetika.
 Hubungan filogenetik ditentukan oleh data genetik, tetapi perubahan genetik tidak selalu berwujud sebagai perubahan morfologi segera. Sebuah contoh klasik adalah evolusi konvergen marsupial di Australia (misalnya, kanguru) dan mamalia plasenta di tempat lain, berbagi ceruk ekologi yang serupa tetapi memiliki sejarah filogenetik yang berbeda.
3. Evolusi Jumlah Kromosom.
 Perubahan dalam jumlah kromosom, seperti peristiwa poliploidi, mungkin terjadi tanpa perubahan morfologi yang substansial. Misalnya, gandum mengalami perubahan signifikan dalam jumlah kromosom melalui hibridisasi dan poliploidi, yang mengarah pada pengembangan gandum heksaploid modern.
4. Perkembangan Organ dan Regulasi Genetik.
 Perkembangan organ sangat terkait dengan regulasi genetik. Namun, variasi dalam perkembangan organ mungkin tidak mengikuti pola filogenetik dengan ketat. Evolusi perkembangan anggota tubuh pada vertebrata yang berbeda yaitu keragaman dalam struktur anggota tubuh tidak selalu sejalan dengan hubungan filogenetik mereka.
5. Timeline dan Keseimbangan Ekosistem.
Timeline evolusi mungkin tidak selaras dengan perubahan morfologi karena ada mekanisme keseimbangan ekologi yang menunjukkan bahwa evolusi melibatkan periode stabilitas relatif yang dihentikan oleh perubahan cepat. Ledakan Kambrium dan 5 episode kepunahan massal adalah contoh utama, di mana berbagai rencana tubuh kompleks muncul secara relatif tiba-tiba dalam catatan geologi.
Secara keseluruhan, diskoneksi antara narasi evolusi ini muncul dari interaksi kompleks faktor genetik, lingkungan, dan perkembangan. Evolusi adalah proses yang melibatkan berbagai aspek, dan aspek yang berbeda berkembang dengan kecepatan yang berbeda, serta merespons tekanan selektif yang beragam, yang mengarah pada narasi yang tidak sinkron dengan sempurna di berbagai dimensi ini.
Implikasi
Jika narasi-narasi evolusi yang tersebut di sini terbukti tidak sinkron dan konsisten, maka ada sejumlah implikasi yang bisa disebutkan.
1. Evolusi tidak ada sama sekali. Organisme mungkin saja dirangkai dan dirakit dari komponen organik, anorganik, maupun struktur biologi dari organisme yang sudah ada sebelumnya, tapi tidak berarti evolusi itu ada.
2. Evolusi adalah proses yang kompleks sehingga tidak dimungkinkan ada satu narasi tunggal yang dapat merangkum dan menyatukan semua narasi evolusi yang ada
3. Adanya kebutuhan mendesak untuk membentuk satu kerangka kerja evolusi yang baru.
4. Adanya kebutuhan untuk membangun satu teori evolusi tunggal yang menyatukan semua narasi evolusi yang ada.
5. Dimungkinkan adanya grand design dan blueprint atas semua mekanisme biologis yang ada dan mengatur semuanya.
Pertanyaan Lanjutan.
Fakta-fakta di atas membuat kita bertanya-tanya:
1. Jika dua atau lebih organisme mempunyai kemiripan genom yang sangat dekat, tetapi ekspresi gennya berbeda. Bagaimana mekanisme ekspresi gen terjadinya? Faktor apa saja yang mempengaruhi ekspresi gen?.
2. Jika informasi genom tidak plek-ketiplek 100 persen terhubung dengan morfologi, maka apa yang membentuk morfologi dan apa yang membentuk genom? Bagaimana mekanisme berbagi informasi di antara mereka?
3. Seleksi alam apakah hanya terbatas kepada fungsionalitas organ atau morfologi saja? Jika begitu, bagaimana itu bisa diwariskan? Butuh besaran populasi seperti apa sehingga morfologi bisa terhubung menjadi hereditas?
Bacaan Lanjutan:
https://phys.org/news/2024-01-fossil-evolutionary-mystery.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H