Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sinkronisasi Narasi Evolusi

31 Desember 2023   14:31 Diperbarui: 11 Januari 2024   21:03 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebagian spesies lalat, juga lebah, kupu-kupu bahkan nyamuk sangat tergantung kepada eksistensi tumbuhan bunga dan buah sebagai sumber makanan. Lalu nyamuk dimakan lalat daun, kemudian nyamuk dan lalat dimakan capung dan akhirnya burung makan capung, tapi nyamuk tergantung kepada burung untuk menyediakan darah. Dari aspek rantai makanan, tumbuhan bunga harus lebih dulu ada sebelum nyamuk, lalat, kupu-kupu, dan lebah. Beberapa spesies nyamuk harus lebih dulu ada sebelum lalat, pada saat yang sama beberapa spesies lalat harus lebih dulu sebelum nyamuk, karena nyamuk dan lalat bisa saling mangsa tergantung kepada spesiesnya. Lalat daun memangsa nyamuk, sedangkan nyamuk predator makan lalat. Capung menyusul di urutan selanjutnya dalam rantai makanan, diikuti oleh burung. Jadi burung karena berada di level teratas dalam rantai makanan merupakan spesies yang terakhir muncul di dalam ekosistem. Tapi nanti dulu. Nyamuk sangat tergantung kepada darah, salah satunya darah burung, untuk membantu reproduksinya. Jadi, burung harus eksis lebih dulu daripada nyamuk dong jika begitu. Sejumlah spesies lalat dalam rantai makanan berperan sebagai dekomposer karena memakan feses dan bangkai. Evolusi dalam narasi rantai makanan adalah satu blok utuh, satu siklus utuh.

Sementara berdasarkan timeline evolusi yang lebih awal eksis adalah lalat 480 juta tahun, capung 380 juta, nyamuk 226 juta, kelelawar 160 juta, burung 150 juta, lebah 120 juta dan kupu-kupu 100 juta tahun lalu.

Narasi evolusi berdasarkan timeline evolusi tidak sinkron dan konsisten dengan narasi evolusi berdasarkan rantai makanan.

Korelasi Timeline Evolusi - Kompleksitas Biologis

Kompleksitas biologis walaupun sulit diukur tapi bisa kita gunakan parameter berikut ini yaitu: jumlah sel, morfologi, fisiologi, metabolisme, dan tingkat kecerdasan serta tingkat kesadaran. Lebih lanjut aspek fisiologis memiliki sejumlah parameter di antaranya sistem pencernaan, sistem respirasi, sistem kardiovaskular, sistem sensorik, sistem nerves, sistem imun, dan sistem reproduksi.

Hipotesis yang bisa kita ajukan adalah semakin panjang rentang timeline evolusi suatu organisme, maka semakin tinggi tingkat kompleksitasnya.

Menguji parameter kompleksitas biologis dalam relasinya dengan timeline evolusi tidak akan kita bahas lebih lanjut di sini.

Suatu organisme bisa mengalami evolusi divergen pada satu aspek kompleksitas, sedangkan pada aspek kompleksitas yang lain mengalami evolusi konvergen. Sayap pada ketujuh binatang yang dibahas di sini bisa merupakan evolusi konvergen, sementara sistem reproduksinya adalah hasil evaluasi divergen.

Kenapa Tidak Sinkron

Mekanisme seleksi alam yang dipicu tekanan lingkungan telah berhasil mengembangkan biodiversitas, tapi sayangnya ini tidak bekerja secara sinkron dan konsisten pada beberapa narasi evolusi tersebut di atas. Seleksi alam yang bekerja pada level morfologi berkerja dengan cara berbeda dengan seleksi alam yang bekerja pada level filogenetik. Seleksi alam sepertinya diaduk dan dicampur begitu saja secara acak di antara semua "lapisan" yang ada yaitu lapisan waktu, lapisan morfologi, lapisan filogenetik, lapisan fisiologi, lapisan metabolisme, lapisan kecerdasan, lapisan kesadaran, dan lapisan ekosistem. Pertanyaannya, kenapa begitu?

Mari kita telusuri secara rinci mengapa narasi evolusi berdasarkan aspek-aspek seperti morfologi, filogenetika, jumlah kromosom, perkembangan organ, dan timeline tidak sinkron dengan sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun