Dalam semua fenomena yang diuraikan di atas Hukum Kausalitas tidak berlaku.
Linear Discreet Causality
Keseimbangan termal sebagaimana tertuang dalam Hukum Termodinamika I merupakan contoh dari Linear Discreet Causality. Kondisi awal dan kondisi akhir dari proses ini sudah ditentukan secara definitif. Hubungan sebab-akibat hanya berlaku sepanjang titik awal dan titik akhir tersebut. Tidak relevan mempertanyakan sebab atas kondisi awal dan akibat dari kondisi akhir. Ketika keseimbangan termal tercapai, maka kausalitas berakhir.
Wave function juga merupakan kausalitas diskrit. Tidak bisa menggunakan asumsi kausalitas kontinyu pada fenomena ini. Sebab-akibat cuma berlaku di seputaran wave function di mana awalan apapun memberikan hasil yang probalistik. Hubungan sebab-akibat bersifat probabilistik. Satu rangkaian sebab-akibat tidak terhubung dengan rangkaian 'sebab-akibat" lainnya baik yang dilakukan sebelum maupun sesudahnya.
Semua reaksi kimia, kecuali reaksi kimia yang reversible, merupakan sistem kausalitas diskit, di mana awal dan akhir proses sudah definitif. Sebab membawa akibat tertentu yang definitif, dan akibat adalah hasil dari sebab yang definitif. Reaksi kimia pembentukan air dari 2 atom H2 dan 1 atom O2 menghasilkan 2H2O hanya bisa diperlakukan sebatas itu saja secara diskrit.
Reversible Cyclic Causality
Siklus air, siklus rantai makanan, dan reaksi kimia reversible memungkinan sebab dihasilkan dari akibat di mana sebab dan akibat bisa bertemu. Sesuatu bisa berakhir di awal, dan pada saat yang sama sesuatu bisa berawal di akhir. Hubungan sebab-akibat berputar-putar dalam batasan ini. Ini berbeda dengan kausalitas kontinyu di mana bisa dihasilkan awal tanpa batas dan akhir tanpa batas.
Kesimpulan
Asumsi bahwa hukum sebab-akibat bersifat kontinyu adalah sebuah kesalahan besar. Fenomena fisika, kimia, biologi dan matematika mengenal tiga bentuk lain hukum kausalitas. Ada zero causality, linear discreet causality, dan reversible cyclic causality.
Implikasi
Mempertanyakan apa sebelum Big Bang, apa yang menyebabkan Big Bang, apa di luar semesta, dan semesta mengembang pada dan kepada apa, seperti halnya mempertanyakan Tuhan berasal dari mana dan bagaimana Tuhan berasal, sama sekali tidak relevan. Upaya menjawab pertanyaan ini justru menghasilkan jawaban yang absurd.