Dari gambaran singkat di atas, bisa dikatakan Indonesia telah salah arah.Â
Pertama, karena meninggalkan kekuatan dasar yang dimilikinya berupa keanekaragaman hayati serta kondisi geografis dan ekologis.
Kedua, karena menyerahkan ketahanan pangannya kepada impor.Â
Ketiga, mengabaikan kekuatan ekonomi berbasis synbio, biotech, dan genesis.
Keempat, mengabaikan kebutuhan demografis yang semakin meningkat akan pangan, obat, air, energi terbarukan, dan lingkungan yang nyaman untuk dihuni.Â
Kelima, mengabaikan ancaman krisis pangan dan krisis energi dunia.Â
Keenam, mengabaikan ancaman kerusakan ekosistem akibat praktek industri dan pariwisata yang tidak ramah lingkungan.
Kekuatan fundamental Indonesia secara ekonomi terletak pada keanekaragaman hayati dan faktor geografis serta ekologisnya, seperti tergambar dalam Balai Kliring Kehati Indonesia, yang kemudian dibakukan dalam Indonesian Biodiversity Strategic and Action Plan (IBSAP), tidak dimanfaatkan sebagai lokomotif perekonomian Indonesia. Walaupun kesadaran akan kekuatan fundamental itu sudah ada, tapi lemahnya kepimpinan dalam bidang ini menyebabkan bidang ini tidak banyak tergali kekuatannya bagi akselerator pembangunan ekonomi.
Kekayaan Plasma Nutfah Indonesia.
Apa yang menjadi bahan baku utama Synbio? Â Itu adalah plasma nutfah berupa sel, DNA, dan fungsi biologi lainnya. Synbio berusaha menambahkan fungsi baru pada suatu sistem biologi dan bahkan membangun sistem biologi yang baru.
Keanekaragaman hayati Indonesia mencakup empat lapis yaitu keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies, keanekaragaman gen, dan keanekaragaman endemik.