Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Libur Ramadhan: Antara Harapan dan Kenyataan

8 Januari 2025   18:58 Diperbarui: 8 Januari 2025   19:22 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak sedang mengaji (Dokumen Pribadi)

Namun, zaman telah berubah. Kini, ba'da Magrib seringkali diisi dengan aktivitas yang jauh berbeda. Anak-anak lebih memilih pergi ke tempat yang memiliki sinyal kuat, bukan untuk belajar atau beribadah, melainkan untuk mabar alias main game bareng dengan teman-teman mereka.

Ironisnya, kegiatan ini sering berlangsung hingga larut malam, membuat mereka lupa akan waktu shalat dan pentingnya mengisi malam dengan hal yang bermanfaat. Perubahan ini menjadi tantangan bagi kita semua untuk mengembalikan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Permainan Tradisional vs Modern

Anak-anak zaman sekarang, banyak yang sudah tidak mengenal permainan tradisional seperti gobak sodor atau betengan, permainan yang dulu menjadi bagian dari keseharian masa kecil. Kini, yang mereka kenal adalah permainan virtual seperti PUBG, Mobile Legends, Call of Duty, Free Fire dan Clash of Clans, atau berbagai game populer lainnya yang hadir di layar gadget mereka.

Ketika sudah asyik bermain, waktu seolah berlalu begitu saja. Mereka lupa beribadah, bahkan mampu menahan lapar hanya melanjutkan permainan.

Fenomena ini menggambarkan betapa budaya bermain telah bergeser jauh dari interaksi fisik yang menyenangkan ke dunia digital yang seringkali membuat mereka terasing dari nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya.

Tidak Setuju Libur Ramadhan

Melihat kebiasaan anak-anak zaman sekarang, seorang ibu rumah tangga yang merupakan tetangga saya memberikan pendapatnya. Menurutnya, jika sekolah diliburkan selama bulan Ramadhan seperti kebijakan yang diharapkan Menteri Agama, hasilnya justru akan jauh dari tujuan yang diinginkan.

Ia menambahkan, "Bukannya belajar mengaji atau menambah wawasan keagamaan, anak-anak malah menambah durasi bermain game online. Apalagi di malam hari, karena banyak teman yang ikut bermain. Mungkin nanti, setelah salat Tarawih, mereka langsung bermain game hingga menjelang sahur. Ketika pagi tiba, bukannya mengikuti kajian keagamaan, mereka malah melanjutkan permainan hingga siang."

Ia pun menegaskan, "Tujuan pemerintah meliburkan sekolah selama Ramadhan sebenarnya untuk memberikan maslahat dan manfaat, agar anak-anak bisa lebih mendekatkan diri kepada agama. Namun, yang terjadi malah sebaliknya, justru muncul mafsadat alias kerusakan moral dan waktu yang terbuang sia-sia. Oleh karena itu, saya tidak setuju jika selama bulan Ramadhan sekolah diliburkan."

Libur Tidak libur Sama Saja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun