Mayoritas masyarakat di desa-desa ini mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian utama. Mereka menanam padi di ladang atau lahan persawahan serta menanam palawija di pekarangan sekitar rumah. Namun, aktivitas bertani padi sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca.Â
Pada musim kemarau panjang, lahan dapat diolah dan ditanami padi. Sebaliknya, saat musim hujan tiba, lahan-lahan tersebut sering kali terendam air, sehingga tidak dapat ditanami dan mengharuskan masyarakat mencari alternatif lain untuk bercocok tanam.
Pada masa lalu, ketika musim kemarau panjang melanda, masyarakat di wilayah tertentu, khususnya di sekitar Air Kumbang, memiliki cara tradisional untuk membuka lahan pertanian.Â
Ladang atau sawah yang sudah lama tidak digarap dan menyerupai hutan kecil ditebas (istilah lokal untuk membersihkan kayu dan rumput). Setelah kayu dan rantingnya kering, lahan tersebut kemudian dibakar.Â
Proses ini sering kali menghasilkan api besar yang membakar habis ranting, kayu kecil, hingga permukaan tanah yang sebagian besar berupa gambut. Praktik ini umum dilakukan antara tahun 1980 hingga 2000 dan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kebakaran hutan pada masa itu.
Namun, seiring berjalannya waktu, kesadaran akan dampak buruk pembakaran lahan terhadap lingkungan meningkat. Kini, metode bertani seperti ini telah dilarang secara tegas.Â
Siapa pun yang kedapatan membakar lahan untuk membuka pertanian dapat dikenai sanksi berat, termasuk denda yang besar dan hukuman penjara. Aturan ini bertujuan untuk melindungi lingkungan sekaligus mencegah terjadinya bencana kebakaran hutan yang lebih luas.
Sekarang, pembersihan lahan (land clearing) sudah menggunakan eskavator, tidak lagi manual, menggunakan tenaga manusia.
Mulai Menanam Ubi Kayu dan Talas
Saya ingin bercerita tentang masyarakat Desa Nusamakmur, yang insya Allah juga mewakili kehidupan masyarakat di Kecamatan Air Kumbang.Â
Pada awalnya, ketika mereka tinggal di desa transmigrasi, bertani padi hanya bisa dilakukan saat kemarau panjang. Namun, karena kemarau panjang jarang terjadi, penduduk Desa Nusamakmur harus mencari cara lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga.Â