Kami langsung saling berpandangan, berpikir apakah di rumah masing-masing ada tanaman yang dimaksud.Â
Permintaan beliau seolah memperlihatkan sisi yang lebih personal, membangun kedekatan antara guru dan murid yang melampaui sekadar urusan pelajaran di kelas.
Saya langsung menyanggupi permintaan Pak Adang tanpa ragu, karena di pagar batas tanah nenek ada pohon handeuleum tersebut.Â
"Besok bawa ya, Sep!" kata Pak Adang sambil tersenyum. "Iya, Pak," jawabku spontan dengan penuh semangat. Rasanya senang bisa membantu guru, apalagi dengan sesuatu yang kebetulan ada di rumah.Â
Tugas ini bukan hanya tentang membawa daun kiwungu, tapi juga terasa seperti bentuk kecil dari rasa hormat dan kepedulian yang bisa kuberikan kepada guruku.
4. Pendidikan Karakter dari Guru Aqidah AkhlakÂ
Guru Aqidah Akhlak berpesan, "jangan mencela perbuatan orang" katanya. Biarkan mereka melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinannya , kita jangan mengomentari bila tidak diminta. Berkomentarlah pada waktu dan tempat yang tepat.
Beliau pernah menceritakan pengalaman menarik saat melaksanakan ibadah haji. Di tengah keramaian saat melakukan tawaf, ada salah satu anggota rombongan yang tiba-tiba "nyeletuk" dengan nada heran, "Kok mereka pakai tutup kepala ya, kan nggak boleh pakai tutup kepala?"Â
Celetukan itu dilontarkan ketika melihat sekelompok jamaah haji dari negara lain yang mengenakan penutup kepala.
Tanpa diduga, salah satu jamaah dari kelompok tersebut ternyata mengerti bahasa Indonesia. Rupanya, ia pernah tinggal di Jakarta.Â
Dengan cepat, ia menanggapi celotehan tersebut dengan santai namun tegas, "Elu elu, gua gua, jangan samakan gua dengan elu."Â