Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Strategi Hadapi Perundungan

1 Oktober 2023   10:46 Diperbarui: 3 Oktober 2023   00:04 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perundungan (Sumber: Pexels)

Kadang penulis agak geli dengan komentar yang diberikan orang-orang yang sering disebut pakar pendidikan yang senantiasa menyalahkan pihak negara terkait masalah sekolah, apalagi masalah peserta didik yang berkonflik. Ini pakar pendidikan yang kurang ke lapangan menurut penulis. Perihal konflik antar peserta didik sudah jelas sekali merupakan kurang tanggapnya pihak sekolah terhadap keberadaan peserta didik mereka.

Sebagai orang yang pernah menjadi kepala sekolah di unit SMP dan SMA, penulis paham betul bahwa konflik antar peserta didik datang bukan karena kesalahan kurikulum dan menteri pendidikan, apalagi dinas pendidikan, tetapi dari kurang kreatifnya sekolah dalam melakukan pembinaan para peserta didiknya.

Sekolah perlu hadir untuk para peserta didiknya bukan hanya mengisi ruang-ruang di jam pembelajaran reguler di kelas, namun juga perlu hadir di saat mereka datang ke sekolah, di saat mereka istirahat, di saat mereka pulang sekolah. Area-area inilah area yang rawan terjadi konflik antar peserta didik. Sedikit sekali kejadian perundungan yang terjadi di jam pelajaran yang reguler.

Berdasarkan pengalaman, penulis di saat awal menjadi kepala sekolah, penulis terkaget-kaget karena sekolah yang hadir hari ini tidak jauh berbeda dengan sekolah yang ada waktu penulis bersekolah 20 tahun yang lalu. Guru masih asyik menyelesaikan tugas utamanya yaitu memberi pembelajaran di kelas, setelah itu duduk kembali di ruang guru dengan kesibukannya mengkoreksi, membuat soal atau bahkan cukup ada hiburan dengan membuka media sosial. Program pengayaan masih minim, hanya ada pertemuan antar kelas waktu selesai ujian, lalu kegiatan ektrakurikuler. Mata pelajaran masih sama tidak ada perubahan yang signifikan.

Di jam-jam rawan seperti waktu kedatangan, waktu istirahat, waktu pulang sekolah tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh pihak sekolah, bahkan tidak ada yang duduk bersama para peserta didik sambil berbincang-bincang bicara atau cukup mendengarkan saja perbincangan mereka yang unik.

Pengamatan ini membawa penulis untuk melakukan perombakan dalam tata kelola sekolah. Standarisasi yang diberikan oleh kementerian tetap dijalankan, karena namanya standarisasi tentu itu sesuatu yang minim, untuk itu penulis menambahkan bagian-bagian yang penting untuk mempersiapan peserta didik menuju masa depan mereka. Penulis tidak mau peserta didik bersekolah persis seperti sekolah waktu penulis bersekolah 20 tahun silam.

Penulis mulai menyusun strategi yang diawali dengan membentuk tim guru yang se-visi. Penulis meminta para guru untuk membuat sebuah tulisan singat tentang profil mereka, dan mengapa mereka memilih profesi sebagai guru, hal ini jarang sekali dilakukan oleh kepala sekolah manapun di negara ini. Penulis ingin para guru menyegarkan kembali marwah mereka sebagai seorang guru.

Beberapa guru senior mempertanyakan hal ini dan enggan untuk membuat hal yang dipinta penulis waktu itu, penulis dekatkan dengan baik dan jelaskan dengan baik dan penulis tekankan, "Apakah Bapak/Ibu sudah tidak dapat menulis lagi? Dan bagaimana Ibu/Bapak memberikan tugas menulis ke peserta didik sementara Bapak/Ibu sendiri tidak mau menulis?".

Syukurlah akhirnya mereka semua para guru mau menulis dan tulisan itu penulis simpan sebagai bentuk komitmen mereka kepada diri mereka dan profesi mereka. 

Di saat penulis membaca semua tulisan para guru tersebut, penulis mendapat inspirasi dari mereka, bahwa mereka sesungguhnya adalah orang-orang hebat yang memerlukan pemimpin yang dapat membuat mereka lebih hebat dan tentu kreatif.

Setelah penulis mendapat energi baik dari para guru, penulis mulai membuat program pengayaan dan melakukan pengelolaan persekolahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun