Mohon tunggu...
Noen Muti
Noen Muti Mohon Tunggu... Mahasiswa - belum menikah

Penikmat seni

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terlahir untuk Menyerah

29 Juli 2021   08:29 Diperbarui: 4 April 2023   20:12 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kornea mata hatiku seperti tercelik pada kenyataan. 

Tadinya mendengar teriakan kata hati dan sekarang bergegas menyapa pencipta agar lekas pulang. 

Doa-doa dan harapan menabrak dinding pembatas laju khayalan, Membuatku tersadar bahwa aku seharusnya tidak berangan-angan, Aku harus berhenti disini saja. 

Andai pertemuan kita tak terbentur garis segitiga yang menyatukan aku, kamu dan Tuhan pada sudut-sudutnya. 

Aku harus pergi karena pencipta sudah memberikan isyarat. 

Pada ketiba-tibaan munculnya sebuah rasa,

Aku pernah memupuk asa, seakan tidak peduli bahwa bagian hatimu yang kosong telah aku tempati. 

Aku tidak peduli dengan kenyataan yang mengharuskan kita akan kembali kejalan masingmasing.  

Impian dan harapan seketika harus terhenti 

Aku akhirnya mengerti, aku menyerah.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun