Kornea mata hatiku seperti tercelik pada kenyataan.Â
Tadinya mendengar teriakan kata hati dan sekarang bergegas menyapa pencipta agar lekas pulang.Â
Doa-doa dan harapan menabrak dinding pembatas laju khayalan, Membuatku tersadar bahwa aku seharusnya tidak berangan-angan, Aku harus berhenti disini saja.Â
Andai pertemuan kita tak terbentur garis segitiga yang menyatukan aku, kamu dan Tuhan pada sudut-sudutnya.Â
Aku harus pergi karena pencipta sudah memberikan isyarat.Â
Pada ketiba-tibaan munculnya sebuah rasa,
Aku pernah memupuk asa, seakan tidak peduli bahwa bagian hatimu yang kosong telah aku tempati.Â
Aku tidak peduli dengan kenyataan yang mengharuskan kita akan kembali kejalan masingmasing. Â
Impian dan harapan seketika harus terhentiÂ
Aku akhirnya mengerti, aku menyerah.
Â