[caption id="attachment_348520" align="alignnone" width="602" caption="Ngetrail di jalanan berbatu (Dok. Yani)"]
Jalan terus menanjak namun landai. Di sisi kiri terlihat puncak gunung yang sedikit gundul. Di bawahnya terdapat vegetasi tumbuhan namun nampak kering. Mungkin itu yang disebut hutan mati. Benar saja, saat tiba di warung ada dua papan penunjuk arah. Yang satu ke kiri menuju hutan mati, dan yang kanan menuju Pondok Saladah. Kami bingung memilih yang mana, sedangkan orang-orang yang mendaki/turun memilih/berasal dari arah kanan. Begitu pula sepeda motor. Akhirnya kami mengikuti arah kanan saja.
Tak jauh dari warung itu, tampak tiga orang anak kecil berjalan dengan gesitnya mendahului kami.
“Dik, dari mana?” tanya Mbak Ramdiyah
“Dari Garut” jawab salah satu dari mereka
Rupanya mereka bersekolah di SDN Cisurupan, dan berjalan kaki dari pertigaan Cisurupan menuju loket masuk. Sungguh luar biasa anak-anak kecil itu, mendaki tanpa didampingi orang dewasa. Masih kecil tapi kuat. Tak berapa lama setelah diajak berfoto, mereka menghilang dari pandangan kami karena langkahnya yang cepat. Kami tertinggal jauh di belakang.
[caption id="attachment_348521" align="alignnone" width="602" caption="Tiga anak siswa SDN Cisurupan, malu-malu difoto tapi mau (Dok. Yani)"]
Tibalah kami di jalan bercabang. Yang ke kiri menuju merupakan jalan buntu, sedangkan yang ke kanan berupa lorong menurun yang dinaungi tumbuh-tumbuhan sepanjang beberapa meter. Kami terus berjalan, dan sampailah di sebuah sungai kecil. Di sana banyak pendaki yang berhenti sejenak untuk membersihkan badan atau mencuci muka. Meskipun debit airnya sedang kecil, cukup menyegarkan karena terasa dingin di kulit. Kami bertiga duduk di bebatuan sambil membuka perbekalan. Sayapun membuka coklat.
“Wah ajaib, tidak meleleh sama sekali, padahal cuacanya panas banget” seruku.
Di sana memang udaranya panas karena gersang tapi sebenarnya dingin, jadi suhunya tidak mampu untuk melelehkan coklat.
[caption id="attachment_348523" align="alignnone" width="400" caption="Sungai Cisaladah (Dok. Yani)"]