Di Indonesia, nilai tukar rupiah terus tertekan terhadap dolar AS, Hal tersebut disebabkan keluarnya dana asing secara serempak. Data BI menunjukan, Aliran investasi portofolio total masuk sebesar Rp 22,9 triliun dalam periode 1-19 Januari 2020.
Namun, setelah pandemi Covid-19 merebak, aliran investasi portofolio total masuk hanya sebesar Rp 171,6 triliun secara neto dalam periode 20 Januari hingga 1 April 2020.
Selain faktor dari dalam negeri, faktor dari luar negeri seperti cepatnya penyebaran Covid-19 di AS dan Eropa, juga berimbas pada boncosnya aliran investasi di Indonesia.
Apabila hal ini terus terjadi bukan tidak mungkin gelombang PHK besar menjadi ancaman yang tak hanya membayangi para pekerja di Indonesia. Sejatinya, kondisi serupa terjadi di negara lain. Hal ini dipicu melesunya kegiatan ekonomi akibat pandemi Virus Corona (Covid-19).
Badai resesi sudah terbayang di depan mata, dan COVID-19 tak diketahui kapan akan berlalu. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memaparkan bahwa, 81 persen dari tenaga kerja global yang berjumlah 3,3 miliar, atau 2,67 miliar saat ini terkena dampak penutupan tempat kerja.
Kesimpulan
Menurut Bank Dunia Amerika Serikat dan Eropa pada kuartal II, sudah mulai memasuki resesi ekonomi hal ini terlihat pada perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tingkat konsumsi yang rendah. Selain itu negara-negara emerging market seperti Rusia, Brasil, Meksiko, dan Singapura juga akan menghadapi resesi.
Tak pelak resesi yang tadinya kerikil kecil perekonomian di setiap negara akan berubah menjadi batu besar “depressiasi” apabila karantina wilayah dan kerjasama internasional tidak berjalan dengan baik.
Bukan tidak mungkin kejadian 1930 dapat terulang kembali, dimana dunia tidak mampu untuk mendorong terjadinya kegiatan ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H