Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kerajaan Kodok, Pengantar

24 November 2018   08:05 Diperbarui: 24 November 2018   09:06 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bruak....

Salah satu makhluk itu terhempas. Pukulan Pistos cukup kuat juga, meski tubuhnya tidak terkesan begitu kuat. "Hati-hati!!! Di belakangmu!!!" Pistos terperajat, dilihatnya makhluk yang satu lagi berenang ke arahnya dengan kecepatan yang tidak kalah cepat. "Mati aku!!!"

 Duarrr!!!

"Eh, apa yang terjadi???"

Pistos, dia hanya bisa terdiam di tengah aliran sungai yang begitu bergemuruh. Di hadapannya, tidak ada yang terlihat, kecuali gelembung-gelembung yang begitu banyak jumlahnya.

"Dasar. Menjadi petarung muda memang mendekatkan seseorang kepada kematian."

"Ini tidak mungkin. Bagaimana ada bisa....?"

Mata Pistos tidak membohonginya saat ini. Makhluk yang tadi berenang ke arahnya dengan kecepatan yang begitu cepat, sekarang telah mati. Darah merah mengalir dari kepalanya yang telah bolong. Daging segar juga menyembul keluar dari tempat semestinya. Mata makhluk itu, entah apa yang terjadi, yang telihat hanya ruang kosong.

"Jarak kita masih terlalu jauh. Berjuanglah lebih keras lagi," jelas Chazak. Tubuhnya terlihat begitu maco dan maskulin.

"Baik lah. Jangan terlalu pamer di sini."

Dari kejauhan, terdengar suara rintihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun