Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kerajaan Kodok, Pengantar

24 November 2018   08:05 Diperbarui: 24 November 2018   09:06 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah setengah hari rombongan itu berenang. Keadaan kemarau membuat kedalaman sungai sedikit surut. Tepian sungai bisa terlihat dengan jelas, terdiri atas batuan dan beberapa batang kayu yang hanyut terbawa sungai sewaktu musim hujan. Tidak ada yang aneh, sejauh ini.

"Tuan, kelihatannya bangsa bertaring itu tidak menganggu kita kali ini. Ini sudah setengah perjalanan, tetapi belum nampak sosok mereka sedikitpun," ujar salah satu kodok. Dari perawakannya yang besar, mungkin dia petarung yang lain, meski tidak sebesar dan seberotot Chazak tubuhnya.

"Jangan lengah!!! Dalam sekejap engkau bisa mati!"

Bayangan hitam, sekitar dua buah, merayap di antara aliran sungai yang tidak begitu deras. Para kodok, terutama para peziarah yang lemah, terkejut dan langsung takut diri mereka. Segera mereka menyelam, dari dalam, terlihat dengan jelas dua ekor bangsa bertaring sedang berputar-putar mengitari rombongan itu. Mereka, bangsa bertaring itu, memang terlihat panjang dan tidak memiliki kaki. Meliuk-liuk seakan-akan mengikuti arah arus sungai. Warna mereka gelap, entah itu alami atau semacam sihir yang digunakan untuk menipu penglihatan para kodok.

Rombongan itu, kecuali Chazak dengan petarung tadi, panik dan berenang dengan kacau, ke arah yang berlainan satu sama lainnya. Minim koordinasi, sangat mudah bagi bangsa bertaring itu untuk menyerang para kodok. "Kalian, jangan berpencar!!! Bodoh!!! Kalian cari mati!!?" teriak Chazak. Tapi, semuanya memang terlambat. Rombongan kodok yang telah tercerai-berai tidak merespon peringatan itu, mendengarkan pun mungkin tidak. "Sia-sia tuan. Lebih baik, kita urus sendiri dua makhluk itu," usul petarung yang dengan setia berada di sisi Chazak. "Ide bagus."

            -------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Sebelumnya, adalah tidak terhormat bagiku untuk tidak mengenal namamu. Setelah perjalanan panjang ini, engkau masih memanggilku 'Tuan' sementara aku tidak tahu panggilan untukmu. Berkenankah engkau?" pinta Chazak dengan lembut.

"Dasar, padahal kita berdua sama-sama berada di keadaan yang gawat. Tapi, masih bisa-bisanya dirimu menanyakan namaku terlebih dahulu."

"Jawab saja. Jangan sungkam.

 "Aku Pistos. Senang berada di sampingmu ketika maut hampir menyapa diriku."

Dengan sekejap, Pistos berenang dengan begitu kencangnya ke arah salah satu makhluk itu. Arus air yang terbentuk karena kecepatan kodok itu, begitu kencang bahkan sempat membuat Chazak terpental ke belakang. "Kodok itu gila."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun