"Pasti soal Tama" Jawabnya.
Apa yang dibilang sahabatku Putri benar, ini soal Tama. Akhir ini Aku jarang sekali bertemu dengan Tama. Dan puncaknya sudah seminggu aku sama sekali tak melihat sosoknya.
"Padahal kemarin aku melihat Tama dengan Bella di Kantin. Eh, apa kau tidak takut dengan Bella?"
Aku melongo bingung dengan maksud perkataan Putri.
"Begini biar aku jelaskan. Kau tidak takut Jika Tama dekat dengan Bella? Maksudku Bella itu satu kelas dengan Tama. Dia itu lumayan cerdas dan cantik. Ah tidak bukan lumayan tapi memang benar jika dia cerdas dan cantik dibanding kita"
Aku mengangguk, sepenuhnya setuju dengan pernyataan Putri bahwa Bella itu cantik dan juga cerdas.
"Hei aku tahu bahwa kau rindu dia Sita! Bohong kalau tidak, bagaimana kalau habis pelajaran ekonomi kita ke kelasnya!" usul Putri
"Nggak put. Aku nggak mau menganggu Tama. Ujian tinggal seminggu lagi dia pasti sangat sibuk"
"Siapa bilang? Buktinya dia masih bisa ke kantin dengan Bella, masa ngobrol sebentar denganmu nggak bisa? Ayolah apa susahnya Sita" rengek Putri.
Ah Putri Menyebut nama Bella lagi, ntah kenapa ketika mendengar nama Bella aku jadi tidak suka.
      Jika, kau menanyakan kapan aku jatuh cinta padanya. Aku tidak pernah tahu kapan persisnya. Aku pun juga tidak tahu bagaimana cinta bekerja hingga bisa bersemayam dalam hati. Tiba-tiba saja dia menyusup diam-diam dalam hatiku dan ketika aku menyadarinya Tama telah menempati tempat istimewa dalam hati.