Kalau kau tanya bagaimana perasaanku dengan Tama. Sungguh akupun tidak tahu jawabannya. Yang hanya ku tahu ialah aku akan sangat bahagia jika aku berada di samping Tama. Itu saja.
***
      Sejak lulus di bangku menengah pertama. Aku dan Tama melanjutkan sekolah menengah atas yang sama pula. Sosok Tama tidak begitu banyak berubah. Ia masih sama dengan Tama yang kutemui di Taman. Ia masih sama dengan Tama yang sering memboncengku dengan sepeda merahnya. Hanya badannya yang bertambah tinggi juga kulitnya yang sedikit lebih gelap. Dan sedikit tambahan. Tama yang sekarang jauh lebih populer!
      Duh, siapa sih siswa di sekolah yang tak mengenal Tama? ditahun ajaran pertama ia telah ikut tim Olimpiade Fisika. Tim Olimpiade biasanya beranggotakan siswa tahun ajaran kedua atau ketiga. Dan untuk menjadi anggota tim harus diseleksi dengan ketat oleh Guru. Namun Tama berhasil masuk ke tim olimpiade. Ah dan hebatnya lagi Tama dan timnya juara tingkat Nasional. Belum lagi di tahun ajaran kedua Tama menjadi kapten tim basket. Kalau sudah begitu murid mana coba yang tidak kenal dengan Tama.
"Lihat tuh Tam. cewek-cewek disana ngelihatin kamu sampai bola matanya mau keluar" kataku sambil melahap semangkuk bakso.
"Mereka ngelihatin kamu tahu, makannya lahap banget kaya nggak makan dari lahir" katanya sambil tertawa.
Sekarang aku malah yang ikutan melotot ke Tama.
      Jika ada yang bertanya bagaimana perasaanku saat itu?. Sungguh pada detik itu ingin sekali rasanya aku membekukan waktu. Biar kebersamaanku dengan Tama tak akan segera berlalu.
***
      Seperti siswa di tingkat akhir pada umumnya. Aku dan Tama sibuk untuk menghadapi ujian sekolah dan ujian masuk perguruan tinggi. Terlebih Tama ia pasti sangat sibuk mempersiapkan diri untuk ujian dan seleksi masuk perguruan tinggi tanpa tes.
"Aku bahkan tidak melihatnya seminggu ini Put"