Iya. Seharian sudah kami mencari kalung. Namun hasilnya nihil. Tidak ada benda berkilau itu disekitar taman. Padahal aku yakin betul kalau aku menjatuhkannya disini.
"Hari telah sore. Apa tidak sebaiknya kau pulang? orangtuamu pasti khawatir"
Aku menggeleng. Bagaimana aku bisa pulang?. Benda yang kuhilangkan adalah kalung pemberian Ibu saat aku ulang tahun kesebelas. Belum genap setahun. Ah, tidak! lebih tepatnya baru sebulan kalung pemberian Ibu kupakai. Yah, dan aku telah menghilangkannya.
"Kau mau?" katanya sambil membagi roti ditangannya menjadi dua bagian.
"Kau pasti lapar seharian mencari kalung. Ini buat nambah tenaga yang habis karena mencari kalung" katanya sambil mengulurkan sepotong roti untukku.
Aku hanya diam.
"Ambillah" katanya dengan senyum lebar memperlihatkan gusinya yang kemerahan.
 "Makasih" kataku lirih dengan senyum malu-malu.
***
      Sosok yang kutemui itu bernama Tama. Ternyata pertemuan di taman bukanlah yang pertama kali sekaligus yang terakhir. Tama baru saja pindah dari kotanya dan tinggal disini. Dan sekarang dia tinggal dua blok dari rumahku!. Bukan hanya itu saja Tama juga disekolahkan di tempat yang sama denganku. Bahkan ia juga sekelas denganku.
      Dimana ada Sita disitu juga pasti ada Tama. Begitulah kata banyak orang yang sering melihat kami. Yah, bagaimana tidak. Berangkat dan pulang sekolah dengan Tama. Bermain di rumah bahkan di sekolah dengan Tama. Pokoknya dimanapun ada aku pasti ada sosok Tama.Â