Mohon tunggu...
Fauziyah Kurniawati
Fauziyah Kurniawati Mohon Tunggu... Penulis - A Genuine Dreamer

Struggling Learner / Random Writer / Poem Addict

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat dari Kurcaci

5 Januari 2021   14:22 Diperbarui: 5 Januari 2021   15:03 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                    demi pagi yang ditemani angin,

                                    aku menulis puisi tentang cinta dan rindu abstrak

                                    lantas membacakannya pada melodrama maalm nanti

                                    agar kita bisa bertemu kembali."

 

@@@

            Perlahan, kubuka mataku. Membuka celah bagi pagi setelah bermalam-malam aku hidup dalam mimpi. Seperti seorang kurcaci yang bangun dari tidurnya, memaksa mata tuk melihat dunia dan menyambut cakrawala dari ufuk timur ;kita yang terbiasa melantunkan puji-pujian pagi dan sore, harus beranjak setia untuk pelajaran yang lebih bererti dan putih. Setelah sempurna kubuka mataku tenang-tenang, bibi Rania telah berada di sampingku dan mengecup keningku.

"Oh, Noura! Akhirnya kau sadarkan diri. Bibi sangat khawatir sebab kamu tak bangun-bangun sejak 25 malam yang lalu. Bibi kira kau telah tiada, namun Dokter memastikan nafas dan jantungmu berdetak normal dan sebagaimana mestinya.oh...syukurlah kau masih hidup, sayang!" ucap bibi Rania senang.

"Aku tidak apa-apa, bibi. Aku hanya terlalu senang hidup dalam mimpi indahku. Dari mimpi itu, aku semakin bangga menjadi manusia meski hanya hidup bersamamu. Tak kan pernah lagi kusia-siakan hidup ini. Aku akan membahagiakanmu, bibi. Terima kasih atas segala perhatian tulusmu padaku selama ini."

"Oh, sayang! Kau sungguh gadis yang baik. Oh iya, kau dapat bingkisan cokelat. Tapi bibi tidak tahu dari siapa. Tadi pagi bibi menerimanya dari Pak pos. Bukalah!"

            Akupun penasaran dan segera membuka bingkisan cokelat Wonka itu. Mataku terbelalak ketika kutemukan kartu ucapan kecil di dalamnya bertuliskan :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun