demi pagi yang ditemani angin,
                  aku menulis puisi tentang cinta dan rindu abstrak
                  lantas membacakannya pada melodrama maalm nanti
                  agar kita bisa bertemu kembali."
Â
@@@
      Perlahan, kubuka mataku. Membuka celah bagi pagi setelah bermalam-malam aku hidup dalam mimpi. Seperti seorang kurcaci yang bangun dari tidurnya, memaksa mata tuk melihat dunia dan menyambut cakrawala dari ufuk timur ;kita yang terbiasa melantunkan puji-pujian pagi dan sore, harus beranjak setia untuk pelajaran yang lebih bererti dan putih. Setelah sempurna kubuka mataku tenang-tenang, bibi Rania telah berada di sampingku dan mengecup keningku.
"Oh, Noura! Akhirnya kau sadarkan diri. Bibi sangat khawatir sebab kamu tak bangun-bangun sejak 25 malam yang lalu. Bibi kira kau telah tiada, namun Dokter memastikan nafas dan jantungmu berdetak normal dan sebagaimana mestinya.oh...syukurlah kau masih hidup, sayang!" ucap bibi Rania senang.
"Aku tidak apa-apa, bibi. Aku hanya terlalu senang hidup dalam mimpi indahku. Dari mimpi itu, aku semakin bangga menjadi manusia meski hanya hidup bersamamu. Tak kan pernah lagi kusia-siakan hidup ini. Aku akan membahagiakanmu, bibi. Terima kasih atas segala perhatian tulusmu padaku selama ini."
"Oh, sayang! Kau sungguh gadis yang baik. Oh iya, kau dapat bingkisan cokelat. Tapi bibi tidak tahu dari siapa. Tadi pagi bibi menerimanya dari Pak pos. Bukalah!"
      Akupun penasaran dan segera membuka bingkisan cokelat Wonka itu. Mataku terbelalak ketika kutemukan kartu ucapan kecil di dalamnya bertuliskan :