Hari demi hari berlalu, Madhava masih saja merenungkan pengalamannya di sekolah pada saat itu. Melihat senyuman hangat dari murid-murid, ketekunan dan juga kegigihan yang luar biasa dari para murid ketika menuntut ilmu, membuat hati Madhava tergerak untuk melanjutkan pengabdian dari sang ayah. Di satu sisi, ia ingin mengejar ambisinya, tapi di sisi lain, ia mulai melihat betapa pentingnya peran sang ayah dalam membentuk masa depan anak-anak di desa.
    Suatu malam, ketika Pak Abi sedang duduk di ruang tamu, Madhava mendekati sang ayah.Â
    "Ayah," panggilnya pelan.
    Pak Abi menoleh, lalu menunggu putranya untuk mulai berbicara.
    "Madha tidak yakin apakah Madha bisa menjadi guru seperti ayah. Tetapi, setelah melihat semuanya.. Madha lebih mengerti tentang betapa pentingnya pekerjaan Ayah disini. Madha mungkin tidak akan menjadi guru seperti ayah, tetapi Madha berjanji, akan selalu mendukung pendidikan di desa ini, meski dengan cara Madha sendiri."
    Pak Abi pun tersenyum. Meski Madhava tidak memilih jalan yang sama seperti dirinya, ia merasa lega bahwa putranya memahami nilai dari pengabdian yang telah Pak Abi lakukan selama ini. Dan bagi Pak Abi, itu sudah lebih dari cukup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H