"Ayah merasa.. tanggung jawab ayah dalam mendidik mereka sangatlah penting. Kalau Ayah sudah tidak bisa mengajar lagi, siapa yang akan melanjutkan pengabdian ayah? Pendidikan adalah satu-satunya cara agar mereka bisa mengubah nasib mereka sendiri di masa depan, Madha." ujar Sang Ayah.Â
    Madhava terdiam. Ia tahu betapa pentingnya pendidikan bagi ayahnya, tetapi ia merasa bahwa itu bukanlah jalan yang bisa ia pilih.
    "Ayah tidak ingin memaksa kamu, Madha," lanjut Pak Abi. "Tetapi.. Ayah berharap Madha bisa mengerti dari sudut pandang ayah. Mungkin kalau kamu ikut ke sekolah dan melihat sendiri, kamu akan mengerti." lanjut Pak Abi.Â
    Madhava masih tampak enggan, namun akhirnya ia setuju untuk ikut ke sekolah tempat ayahnya bekerja. Pikirnya, jika itu bisa membuat ayahnya lebih tenang, tak ada salahnya mencoba.
    Pagi itu, mereka berjalan bersama menuju ke sekolah. Sepanjang perjalanan, Pak Abi menceritakan pengalamannya. Tentang anak-anak yang dulunya tidak bisa membaca, lalu kini mereka telah berhasil menjadi orang yang sukses. Tentang senyum lebar di wajah para murid setiap kali mereka mempelajari hal-hal baru, juga tentang bagaimana ilmu pengetahuan bisa mengubah hidup seseorang.
    Sesampainya di sekolah, Madhava terkejut dengan sambutan hangat dari para murid ayahnya. Para murid sangat menghormati Pak Abi. Tak lama, Pak Abi pun memperkenalkan Madhava kepada murid-muridnya. Mereka semua langsung berkerumun dengan antusias tinggi, sebab ingin mengenal lebih jauh mengenai Madhava, anak dari guru yang sangat mereka hormati.Â
    Beberapa jam telah berlalu, Madhava kini tengah duduk di belakang kelas sembari mengamati ayahnya yang sedang mengajar. Cara Pak Abi berinteraksi dengan murid-muridnya membuat Madhava sangat terkesima. Setiap murid diperlakukan dengan penuh perhatian. Setiap harinya, Pak Abi tidak hanya mengajarkan pelajaran, tetapi juga membentuk karakter mereka, menanamkan nilai-nilai kebaikan, dan juga memotivasi mereka untuk terus giat tekun dalam belajar.
    Saat jam istirahat, salah satu murid menghampiri Madhava.Â
    "Kak, apa nanti Kakak mau menjadi guru juga, seperti Ayah Kakak?" tanya seorang murid dengan berbinar.Â
    Madhava terkejut dengan pertanyaan dari salah seorang murid tersebut. Ia bingung harus menjawab bagaimana. Melihat tatapan penuh harap dari mata anak itu, hati Madhava menjadi agak tergugah untuk melanjutkan pengabdian ayahnya. Namun, saat ini ambisinya masih kuat. Ia tidak bisa begitu saja mengubah pemikirannya.
    Sepulang dari sekolah, Pak Abi tidak banyak berbicara mengenai kelanjutan perbincangan kemarin. Ia tahu betul, jika keputusan ini ada di tangan Madhava. Namun, sebagai seorang ayah, ia tetap berharap jika anaknya ini bisa melihat apa yang selama ini dia rasakan.