Mata Marfuah berkaca-kaca.
"Sudah jangan menangis, cantikku. Terpenting engkau kembali dengan selamat. Urusan lainnya serahkan ke penegak hukum."
Air hangat terasa di dada Gibran. Air mata Marfuah tak kuasa menetes penuh penyesalan di dada pria yang sangat mencintainya. Sangat menyayanginya.
Dari arah barat, suara azan Maghrib menggema. Taklama, diikuti gema takbir menyambut hari kemenangan. Hari Raya Idul Fitri.
Di kamar, Marfuah segera mengambil mukena dan sajadah maskawin. Mukena dan sajadah yang selama ini hanya disimpannya.
Diciumnya sampai lama mukena dan sajadah itu. Marfuah kembali teringat pinta Gibran "Bimbinglah aku dengan mukena dan sajadah ini. Ingatkan aku jika salah jalan".
Marfuah kembali sesenggukan dan segera salat Maghrib dengan memakai mukena dan sajadah maskawin. Dalam hati terdalam, Marfuah berjanji untuk berubah. Dapat saling mengingatkan dan diingatkan dengan suaminya, Gibran yang terkasih dan tersayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H