Deretan pemain senior seperti Fachrudin, Ricky Kambuaya, Irfan Jaya, dan Evan Dimas diberi kepercayaan lebih untuk bertarung.
Kehadiran mereka mampu menjadikan penggerak di berbagai lini. Sekaligus menghadirkan mentalitas sebagai benteng kokoh dan penggempur seibarat gladiator.
Shin Tae-yong mempercayakan Nadeo, Asnawi, Rizky, Dewangga, Elkan, Arhan, Rachmat, Witan, Egy, Rumakiek, Ezra dan Hanis di deretan pemain muda.
Stok pemain bertalenta yang melimpah tentu menjadi pilihan fleksibel bagi Shin Tae-yong untuk mengatur strategi permainan dan menerapkan pola pragmatis di setiap pertandingan. Khususnya di final menghadapi Thailand.
Kelemahan Timnas Â
Kelemahan dan kekuatan dalam sebuah tim pasti ada. Begitupun di tubuh Timnas Garuda yang kita banggakan.
Bicara kelemahan, lini belakang yang mengandalkan Fachrudin, Asnawi, Dewangga, Arhan, Rizky, dan Elkan terlihat masih memberi celah pemain lawan bebas bergerak menyerang.
Barisan benteng ini terlihat masih terpancing mengejar bola. Akibatnya, kurang antisipatif counter attack lawan.
Menumpuknya pemain belakang juga terlihat kurang menempel pemain lawan yang sudah memposisikan diri menerima umpan matang. Â Memberi peluang lawan untuk bebas menceploskkan bola ke gawang Indonesia.
Lini tengah dan depan, kerjasama terkadang masih diliputi keinginan individu untuk segera mencetak gol. Padahal masih ada celah untuk lebih menusuk, mengirim umpan presisi, dan menjebol gawang lawan lebih akurat.
Kelebihan
Menumpuknya pemain muda bertalenta jelas merupakan keuntungan dan memang diakui Shin Tae-yong untuk memberi pengalaman lebih membentuk mental tanding.
Cuma, manakala lawan menerapkan pertahanan yang sulit ditembus, kepercayaan diri pemain muda mulai goyah. Indikasinya, cenderung bermain individual dan terburu-buru mencetak gol.