Rupanya, Hendra masih menaruh dendam. Terutama Bu Broto, juragan kopi yang ketus dan pendendam. Bahkan bukan rahasia lagi, Bu Broto akan membalas sakit hati Hendra dengan cara apapun, kepada Surti dan Gibran.
Ancaman dari Hendra dan Bu Broto, mendorong Gibran memboyong Surti ke Jakarta. Kematian Surti yang tidak wajar menjadi gunjingan warga, bahwa sebenarnya Bu Broto telah menyantet Surti. Sehari setelah melahirkan.
Gibran, terlambat datang dari Jakarta. Kematian Surti yang tragis, betul-betul memukul batinnya. Hingga menimbulkan dendam nyawa dibalas nyawa. Namun, dendam Gibran tidak pernah terlaksana, sebab Gibran dibunuh orang suruhan Hendra.
***
Kedua perempuan kembali mematung cukup lama. Sesekali memandangi bulan sabit yang masih memerah.
"Apakah Mbok kecewa kepadaku?" Tanya Surti. Kembali memecah keheningan.
"Benarkah engkau yang membunuh Bu Broto, anakku?"
Kali ini Mbok Sum bertanya dengan suara lirih. Seakan berbisik. Mata teduh Surti yang seakan pasrah menatap Mbok Sum, dan mengangguk pelan. Â
"Apakah Mbok kecewa dan membenciku?"
"Tidak! Anakku. Aku sangat bersyukur. Semoga perempuan laknat itu mengerak di neraka!"
Surti terdiam sesaat dan segera berdiri. Berkali-kali diciumnya bayi yang digendongnya, lantas diserahkannya kembali ke Mbok Sum.