“Nunggu Zaky. Masih mandi, Yah”
Jawab Agha pendek, sedang capung yang lain tancap gas menuju ke rumah dengan wajah riang. Aku hanya bisa diam dan berdiri. Merasakan sengat matahari yang masih cukup ganas menggoreng tubuhku.
***
Sesampai di beranda rumah, aku segera duduk di dipan. Sengaja pintu rumah tidak segera kubuka. Aku pandangi capung-capung nan genit satu-persatu. Seperti pandangan sang maharaja ke para bawahannya.
Capung-capung nan genit duduk di lantai berjajar. Kalau sudah posisi ini yang mereka pamerkan, pasti ada yang mereka pinta dariku.
“Apa ya?” Pikirku mengingat dan mengingat.
Ah, baru aku ingat. Kemarin sore aku menjanjikan mereka membuatkan mainan pesawat dari kertas. Pantas saja mereka duduk berjajar. Duduk seperti biasanya jika ada sesuatu yang diharapkan dariku.
Bergegas aku membuka kunci rumah dan menuju ruang kerja. Kucari kertas-kertas bekas, namun tak kutemukan. Adanya setengah rim kertas folio yang masih polos atau kosong tanpa tulisan dan coretan apapun.
“Ah, biarlah kertas-kertas kosong ini aku berikan. Toh, hanya lima lembar” Gumamku.
“Ini yang kalian inginkan. Ya, khan?” tanyaku sambil menunjukkan kertas-kertas kosong.
“Yeyyy…” Serempak mereka bersuara senang.