"Baik, Dji. Deal ya!"
****
Sesuai janji. Harsa dan Adji meluncur ke sebuah tempat. Menuju rumah dengan halaman cukup luas di sebuah desa. Rumah Bu Rosminah, begitu biasa dipanggil.
Tanpa pikir panjang, Adji menyampaikan maksud kedatangannya. Begitupun Harsa, menambahkan lebih detail maksud kedatangannya diantar oleh Adji.
Bu Rosminah menyampaikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Harsa. Semua syarat disanggupi. Cuma, sore ini Bu Rosminah ada janji dengan orang lain. Bisanya melakukan ritual hari Kamis depan. Tepatnya, hari Kamis malam Jum'at.
Harsa dan Adji pamit pulang. Tak lupa, amplop cukup tebal disampaikan ke Bu Rosminah. Sebagai kesepakatan awal hajat hidup.
Halaman rumah Bu Rosminah cukup luas. Ada banyak bunga mawar dan melati di beranda. Juga bunga kenanga yang harum di samping kiri rumah. Sekilas, Harsa merasakan perasaan aneh. Hawa sangat dingin terasa di tengkuk, sewaktu mau masuk mobil. Saat menoleh ke belakang, tepat di belakang pintu rumah Bu Rosminah, Harsa melihat sosok perempuan. Sosok semampai berbaju putih. Hanya sekilas terlihat dan entah menghilang ke mana.
****
Malam Jum'at. Bu Rosminah sudah di rumah Harsa. Semua syarat sudah siap. Termasuk hanya Harsa dan Bu Rosminah yang ada di rumah. Tidak boleh seorangpun boleh masuk setelah Isya. Saat ritual dimulai.
Perempuan paruh baya itu menyiapkan toples cukup besar. Diisi air jernih sekitar tiga perempat toples. Lantas duduk bersila. Mata dipejamkan dengan tangan disilangkan, bersedekap. Mantra diucapkan dan ditiupkan ke bunga Kanthil.
"Siapa nama lengkap perempuan yang kau senangi?"