Purwa berusaha lebih dekat dengan ular yang paling besar. Kakinya sedikit demi sedikit beringsut mendekati pintu ruang tamu. Dibuangnya rasa takut yang sedari tadi terus menggelayut.
Sekitar satu meter dari lubang pintu yang menganga lebar, Purwa menjongkokkan diri. Nampak pemandangan luar biasa di halaman depan rumah. Begitu banyak ular mengepung rumah Purwa. Berbagai jenis dan ukuran dengan ular bermahkota yang paling besar.
“Mungkin ini pimpinannya” Gumam Purwa.
Belum sempat Purwa berpikir lebih jauh, ular bermahkota menatap tajam. Sinar matanya memancarkan warna biru. Purwa berusaha mundur. Namun, ular bermahkota secepat kilat mengarahkan moncongnya. Menerkam tepat ke arah kepala Purwa.
Purwa gelagapan. Napasnya terasa sesak. Sekuat tenaga berusaha teriak, namun sia-sia.
****
“Mas…., bangun!”
Istri Purwa berusaha membangunkan. Sedangkan Purwa masih tetap meronta. Berteriak tak jelas, seperti orang mengigau.
“Mas Purwa!. Bangun!”
Sekali lagi, istri Purwa berusaha membangunkan. Kali ini suaranya keras membentak. Purwa seketika membuka mata. Tetapi, kembali dia gelagapan. Dilihatnya, bukan sosok Viona yang membangunkan. Melainkan sosok perempuan berbaju putih dengan rambut terjurai. Lebih mengerikan, sosok perempuan menatap Purwa tanpa bola mata.
“Siapa Kau!”