Siang yang menyembur bara surya
Usai sudah dua petak sawah yang tak seberapa luas diratakan
Bukan untuk ditanami, sekedar diratakan
Bukan milik Tuan Halim yang punya sawah seluas lima hektar
Bukan pula milik Tuan Haji yang tak terhitung dimana saja lahan sawahnya
Milik Karyo sendiri yang hanya dua petak, pinggir jalan beraspal
Dua sapi yang masih berdebu ditambat pada pohon kelapa
Pinggir sawah yang tak lagi rindang, hanya sisa sebatang
Pohon-pohon mahoni yang dulu masih menampak
Pohon-pohon jati yang dulu masih merimbun
Pohon-pohon kelapa yang dulu banyak menjulang
Telah habis ditebang, hilang dibentuk uang
Dipandangnya hamparan sawah yang tak lagi luas terhampar
Benteng-benteng gedongan semakin mengganas
Sungai-sungai yang dulu menyembur deras dibentuk alam
Sudahlah mengering sangat
Terganti pompa-pompa mesin buatan manusia
Sapi-sapi yang dulu ramai membajak sawah
Terganti mesin traktor meraung hingar, membising alam
Karyo berdiri terdiam
Memandang lahan-lahan sawah yang tak lagi luas membentang
Di bawah pohon kelapa yang sisa sebatang
Dengan dua ekor sapi yang masih berdebu
Usai membajak sawah, miliknya sendiri
Yang hanya dua petak dan tak seberapa menghasilkan
Bukan untuk ditanami, sekedar diratakan
Di sawah Pak Halim Sang Tuan Tanah membentang sebelah kanan
Dilihatnya dua mesin pembajak sawah, menggilas trengginas
Petak-petak sawah milik Si Tuan Tanah
Sedangkan di sebelah kiri, nun agak jauh di sana
Empat mesin pembajak sawah
Menderu kencang jelas terdengar
Saling berlomba meratakan petak-petak sawah
Milik Tuan Haji yang tak terhitung luasnya
Karyo hanya bisa mendengus hampa
Dua sapi yang ditambatnya segera dilepas
Meniti pematang melewati beberapa petak sawah yang belum tergarap
Sesampainya di sungai yang airnya tak lagi deras mengalir
Dua sapi yang sudah sekian tahun menemani
Membajak hamparan sawah yang dulu luas, meski bukan miliknya
Dimandikan dengan air keruh yang menggenang
Tak lagi menderas bening
Pada riak air sungai yang keruh menggenang, Karyo berdiri
Dipandangnya dua sapi yang terdiam
Dua punuk yang melegam ditepuknya bergantian, seraya berkata
“Maafkan sobat, besok kalian kujual pun juga dua petak sawahku yang kita ratakan tadi”
NKRI, 19 Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H