Abah Jumadi mengutus dua orang murid yang paling dia percaya untuk menyelidiki tempat praktek Tarya. Persaingan sengit, dan, memasuki babak kompetisi tak sehat. Satu orang menyamar sebagai pedagang asongan yang mangkal di depan tempat praktek Tarya. Satu lagi menyaru menjadi calon pasien.
Beberapa hari, siang malam mencari tahu kekuatan dan kelemahan Tarya, hingga kedua penyelidik suruhan Abah Jumadi berhasil mengorek fakta jika selama ini keberhasilan Tarya dalam praktek pengobatannya adalah karena andil Koma. Informasi yang cukup dapat dijadikan bekal Abah Jumadi untuk menjegal kemajuan karir Tarya.
Abah Jumadi dan pengikutnya berhasil membongkar kedok Tarya sebagai paranormal gadungan yang tak punya kemampuan pengobatan apapun di depan calon pasiennya. Seorang murid Abah Jumadi menantang duel kanuragan, Tarya membisu tak berbuat apa-apa. Itu membuat kepercayaan calon-calon pasiennya luntur. Citranya sebagai paranormal hebat seketika hancur. Tarya tidak dipercaya lagi. Abah Jumadi merasa menang, terlebih pasien-pasien Tarya berpaling padanya.
***
Kedok Tarya terbongkar dan profesi sebagai paranormal sudah tamat. Tapi otak licik Tarya tak surut sampai di situ, dia mampu menemukan cara lain memanfaatkan potensi kelebihan Koma. Di satu sisi, orang-orang akhirnya mengetahui di balik praktek pengobatan Tarya adalah Koma yang membuat dia tidak dipercaya lagi, tapi di lain sisi orang tahu kelebihan Koma. Tarya memanfaatkan itu, dan meminta bantuan teman-teman ojeknya untuk mengisukan kehebatan Koma sebagai bocah ajaib, titisan Mbah Sukmadilaga, leluhur yang konon di zamannya terkenal linuwih. Makam Mbah Sukmadilaga berada di lereng Gunung Manglayang, menjadi makam keramat yang sering diziarahi orang-orang. Terlebih, orang-orang sudah mengenal Koma sebagai bocah ajaib, bintang Benjang yang sempat menjadi buah bibir masyarakat.
Tarya sukses mereka skenario sehingga Koma berhasil dicitrakan sebagai bocah ajaib dan dipermak menjadi paranormal cilik sakti. Kabar tersebar luas, memancing kepenasaran orang-orang. Pada awal-awal, dari sepuluh orang yang datang, delapan orang berhasil ditangani Koma. Secara tak disengaja orang-orang yang sukses ditangani Koma dengan sendirinya menyebarkan testimoni. Dalam waktu cepat, Koma masyhur sebagai bocah ajaib, paranormal cilik. Dua hari kemudian orang-orang makin ramai berdatangan dengan berbagai hajat dan keperluan. Untuk kedua kalinya Tarya bisa mengkompromikan eksploitasi Koma dengan Asih dan keluarga Bi Tati, dengan dalih keuntungan ekonomis.
Ujung Berung menjadi gempar dan tersohor ke daerah lain sebagai tempat yang di sana terdapat bocah ajaib, paranormal cilik. Ratusan orang berdatangan untuk membuktikannya dengan berobat, atau sekedar menyingkirkan kepenasarannya. Semakin hari bahkan orang-orang rela mengantri di depan rumah, hingga banyak yang memanfaatkan halaman depan rumah warga sebagai tempat menunggu keluarga pasien.
Tidak sampai sebulan, RT.07 Desa Pasirwangi, sekitar rumah Bi Tati dipenuhi calon-calon pasien. Dengan banyaknya orang datang dari berbagai pelosok daerah, tetangga dan warga sekitar merasa diuntungkan. Mereka membuka warung-warung, menyediakan kamar untuk menginap, juga menyewakan berbagai fasilitas rumah untuk calon pasien dan keluarga pasien yang datang berobat pada Koma.
Masyarakat mendapatkan berkah dari kelebihan yang dimiliki Koma. Sebagai tanda terimakasih, warga makin gencar mempromosikan paranormal cilik itu ke seantero Bandung. Kalau orang-orang yang datang semakin banyak, tentu saja warga tambah diuntungkan. Ibu-ibu yang menganggur mendapatkan lahan usaha dengan membuka kedai-kedai makanan, menyewakan kamar, menyewakan toilet umum. Para pemuda yang menganggur mendapatkan pekerjaan dengan menjadi tukang parkir atau penjaga kendaraan pasien-pasien yang menginap. Pemerintahan desa dan tokoh-tokoh masyarakat mendapatkan jatah. Semua masyarakat kebagian untung dari fenomena ini. Koma menjadi anak emas, aset keuntungan bagi Ujung Berung bagian atas.
***
Abah Jumadi semakin kebakaran jenggot mendengar ketenaran Koma, yang mengalahkan ketenarannya. Dulu, Koma adalah pasiennya, kini menjadi saingan berat. Tentu saja dia tak rela membiarkan kesuksesan anak ingusan kemarin sore itu semakin merajalela hingga berpengaruh tempat prakteknya sepi. Seperti yang sudah dilakukan dan berhasil menghancurkan Tarya, Abah Jumadi menyusun segudang rencana. Dari rencana cara yang paling halus, hingga cara yang paling radikal.