Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Antipoda Harry Kane dan Giroud, dan Simplistis Kemenangan Prancis atas Inggris

11 Desember 2022   06:20 Diperbarui: 11 Desember 2022   09:17 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harry Kane (kanan) gagal mengeksekusi penalti dan Giroud (kiri). Foto: Ian MacNicol - M

Setelah wasit asal Brasil, Wilton Sampaio meniup peluit panjang, kamera lekas menyorot Harry Kane. 

Kapten Inggris itu hanya berjongkok, tangan kirinya menekan dahinya yang mengerut. 

Dia tahu, kekalahan ini adalah karena kesalahannya. Padahal, ada rekor yang dia ciptakan.

Al Bayt Stadium menjadi saksi dari capaian Kane yang mampu menyamai jumlah gol Wayne Rooney. 

Di menit ke-54, usai mengelabui koleganya di Tottenham Hotspurs, Hugo Lloris, Kane sumringah, karena dengan gol tersebut Ia menjadi pesepak bola tertajam di timnas Inggris dengan torehan 53 gol.

Pendukung Inggris bersorak, yakin bahwa Kane akan mencetak gol lagi sekaligus melampaui capaian Rooney.

Sayang, seperti roller coaster, rekor itu akan segera dilupakan, sebab di menit ke-84, ketika Inggris mesti menyamakan skor karena telah ketinggalan 1-2, tendangan penalti Kane amatlah buruk. 

Eksekusinya membuat bola melayang jauh di atas mistar gawang Lloris. Dan akhirnya, Inggris terhenti, karena tak ada gol penyeimbang yang tercipta.

Jika gol itu tercipta, sorotan kepada Kane akan terang benderang, padahal sebenarnya di laga itu, bukan hanya Kane, tapi ada striker lain, di kubu Prancis yang juga mencetak rekor, namun dengan negasi yang berbeda.

Adalah Oliver Giroud, yang akhirnya menjadi bintang. Gol khasnya melalui sundulan mengokohkan dirinya sebagai top skor sepanjang masa timnas Prancis dengan 53 gol. Istimewa, padahal Giroud seperti bergerak dalam diam di Piala Dunia Qatar 2022.

Maksud saya begini. Jikalau Karim Benzema tidak cedera, bisa saja Giroud terpinggirkan. Apalagi di lapangan hijau, gaya bermain Giroud tidak seeksplosif Benzem dan tentu saja Harry Kane di kubu lawan.

Jika Kane mampu bergerak kesana-sini membuka ruang, melepaskan tendangan dari berbagai sudut, dari luar kotak penalti, maka Giroud bergerak sedikit lebih lamban.

Giroud lebih suka beradu fisik, dan menunggu bola matang untuknya.Meski terkesan malas, namun harus diakui semesta sedang berpihak kepadanya.

Siapa yang mengira ketika Inggris seperti mendapatkan angin segar sesudah gol penalti Harry Kane, umpan gampang Griezmann mampu dikonversinya menjadi gol. Gol pemberi kemenangan bagi Prancis.

Tapi begitulah. Seusai pertandingan, Giroud dan seluruh skuad De Blues, berlompat, bersorak di hadapan pendukungnya. Mereka pantas bergaya, untuk kemenangan penting ini.

***

Saya harus jujur bahwa laga Prancis versus Inggris ini tidak sedramatis dua laga perempatfinal kemarin. 

Waktu normal sudah cukup memastikan kemenangan, dan tak ada harap berlebihan terhadap dewi fortuna di extratime atau adu lenalti karena yang terbaiklah yang pantas untuk menang.

Secara statistik, jumlah shoot in target Inggris memang lebih banyak, tujuh berbanding lima kepunyaan Prancis, akan tetapi harus diakui bahwa laga keduanya berlangsung imbang.

Tak ada duel taktik yang terlalu dalam, karena keduanya memainkan skema yang kembar, 4-1-2-3. 

Di skema ini yang pantas diperhatikan adalah bagaimana kedua faksi, saling menjaga pergerakan sayap lawan.

Kyle Walker dan Jordan Henderson saling membahu memastikan bahwa pemain paling berbahaya De Blues, Kylian Mbappe tidak dapat bergerak bebas seperti biasanya.

Begitu juga sebaliknya, Jules Konde perlu disiplin mengamati pergerakan Phil Foden dan Luke Shaw yang sering muncul tak terduga.

Dua instruksi ini nampak berjalan normal. Meski di sisi yang berbeda, terkadang Ousmane Dembele dan Bukayo Saka, sering mendapat celah ketika Shaw atau Theo Hernandez terlalu jauh meninggalkan posnya.

Ketatnya saling jaga ini membuat gol tercipta mesti dengan pergerakan tak biasa. 

Gelandang bertahan Prancis, Aurelien Tchouameni misalnya mendapat ruang saat konsentrasi pemain Inggris lebih ke sisi sayap. Tendangan spekulasinya berhasil masuk, menghujam sisi kanan gawang Pickford.

Begitu juga gol balasan dari Inggris. Mesti ada pelanggaran tak perlu dari Tchouameni terhadap Saka, yang mampu dikonversi gol.

Hanya gol Giroud saja, yang saya kira terjadi dengan gaya. Amatan saya adalah ketika kedua tim bermain dengan ketat, akan ada kualitas individu yang menjadi pembeda.

Antoine Griezmann adalah sosok pembeda itu. Dia sangat rajin bergerak mencari ruang kosong untuk melepaskan umpan. Dan berhasil.

Di menit ke-78, mendapat ruang kosong di sisi kanan Inggris, Griezmann melepaskan umpan silang cantik ke kotak penalti Inggris, dan Giroud menyambutnya dengan sundulan sempurna meski bola sedikit membentur Hary Maguire.

Gol simpel yang sudah cukup membunuh The Three Lions. Tak perlu aksi akrobatik Mbappe atau kecepatan dari Dembele. Tapi dari pergerakan sederhana seperti itu, sudahlah cukup.

Dibanding 2018, harus diakui bahwa skuad Prancis saat ini sudah menurun kualitasnya. Tak ada lagi Pogba yang mampu memberikan magis dari lini tengah, dan Ngolo Kante yang memberikan kenyamanan dan keamanan.

Akan tetapi, Prancis tetaplah Prancis. Didier Deschamps, sang pelatih, mampu membuat Prancis tampil maksimal dengan skuad yang ada sekarang.

Tilikan saya, selain mengandalkan Mbappe secara individu, selebihnya Prancis disulap Deschamps menjadi lebih seimbang. 

Pertahanan mereka kokoh, dan transisi mereka juga berjalan mulus, tentu dengan catatan tak boleh lagi ada pelanggaran yang tak perlu.

Jika tampil seimbang seperti ini, simpel dan tak perlu bergaya berlebihan. Niscaya Prancis dapat melewati Maroko di laga semifinal nantinya. Kita tunggu saja. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun