Kyle Walker dan Jordan Henderson saling membahu memastikan bahwa pemain paling berbahaya De Blues, Kylian Mbappe tidak dapat bergerak bebas seperti biasanya.
Begitu juga sebaliknya, Jules Konde perlu disiplin mengamati pergerakan Phil Foden dan Luke Shaw yang sering muncul tak terduga.
Dua instruksi ini nampak berjalan normal. Meski di sisi yang berbeda, terkadang Ousmane Dembele dan Bukayo Saka, sering mendapat celah ketika Shaw atau Theo Hernandez terlalu jauh meninggalkan posnya.
Ketatnya saling jaga ini membuat gol tercipta mesti dengan pergerakan tak biasa.Â
Gelandang bertahan Prancis, Aurelien Tchouameni misalnya mendapat ruang saat konsentrasi pemain Inggris lebih ke sisi sayap. Tendangan spekulasinya berhasil masuk, menghujam sisi kanan gawang Pickford.
Begitu juga gol balasan dari Inggris. Mesti ada pelanggaran tak perlu dari Tchouameni terhadap Saka, yang mampu dikonversi gol.
Hanya gol Giroud saja, yang saya kira terjadi dengan gaya. Amatan saya adalah ketika kedua tim bermain dengan ketat, akan ada kualitas individu yang menjadi pembeda.
Antoine Griezmann adalah sosok pembeda itu. Dia sangat rajin bergerak mencari ruang kosong untuk melepaskan umpan. Dan berhasil.
Di menit ke-78, mendapat ruang kosong di sisi kanan Inggris, Griezmann melepaskan umpan silang cantik ke kotak penalti Inggris, dan Giroud menyambutnya dengan sundulan sempurna meski bola sedikit membentur Hary Maguire.
Gol simpel yang sudah cukup membunuh The Three Lions. Tak perlu aksi akrobatik Mbappe atau kecepatan dari Dembele. Tapi dari pergerakan sederhana seperti itu, sudahlah cukup.
Dibanding 2018, harus diakui bahwa skuad Prancis saat ini sudah menurun kualitasnya. Tak ada lagi Pogba yang mampu memberikan magis dari lini tengah, dan Ngolo Kante yang memberikan kenyamanan dan keamanan.