Lalu ada, Alfeandra Dewangga yang nampak kikuk memanfaatkan satu-satunya peluang emas di babak pertama, Â dan lini belakang yang dikomandoi Asnawi Mangkualam yang kebingungan baik saat menyerang maupun bertahan.
Satu-satunya pemain yang nampak dinamis bergerak adalah Ricky Kambuaya. Pemain ini yang masih terlihat berani berduel, meliuk dan melepas umpan berbahaya bagi pemain lawan. Entah mengapa, Shin Tae-yong mengeluarkannya dari lapangan.
Artinya, Indonesia tanpa pemain yang menjadi pembeda sepanjang laga. Kita rasanya butuh waktu untuk membentuk dan menunggu ada pemain yang sudah siap menjadi pembeda di laga yang vital seperti ini.Â
Ketiga, pendekatan taktik yang lagi-lagi keliru setelah ketinggalan. Saya membahas hal ini lebih detil di tulisan "Tak dapat dipercaya, Ini 3 Kekeliruan Shin Tae-young".Â
Akan tetapi, di tulisan ini, saya ingin sedikit mengulasnya dengan konklusi bahwa Shin Tae-yong kali ini harus mengakui bahwa soal ini dia masih kalah dari  Alexandre Polking, pelatih Thailand.
Salah satunya yang saya kira terlihat jelas adalah ketika Shin Tae-yong memasukkan Elkan Baggott, Kadek Agung, dan Evan Dimas yang menjadikan formasi dasar 5-4-1 berubah menjadi 4-4-2. Saya kira ini perjudian yang sayangnya berharga terlalu mahal, karena gagal total.
Kadek Agung dan Evan Dimas gagal mendominasi lini tengah. Bukan itu saja, kemampuan mereka untuk menahan serangan balik lawan juga sangat lemah.
Saya berulang kali menyebutkan di beberapa tulisan saya bahwa Evan Dimas memiliki kemampuan mendelay bola yang sangat baik, tetapi dengan posisi ketinggalan dan menghadapi lawan yang memiliki kemampuan pressing yang sangat baik, Evan adalah titik lemah.
Bola menjadi lambat bergerak, dan kita semakin kelimpungan menghadapi serangan balik Thailand. Tambahan gelontoran tiga gol saya kira mayoritas karena faktor ini.
Saya sebenarnya berpikir, bahwa Shin Tae-yong bisa lebih sabar.
Memainkan 5-4-1 dengan menjaga tetap kalah tipis 0-1 tak ada salahnya menghadapi tim sekuat Thailand, lagian, kita masih punya satu leg lagi untuk membalas kekalahan. Tapi kalah 0-4, karena kesalahan pendekatan ini, mungkin sudah berarti tamat.