Realita bahwa ada orang yang tidak suka membaca tulisan sebelum masuk ke pekarangan rumahnya itu, memang membuat Domi bertambah kecewa.Â
Hal ini kembali disampaikan Domi saat kami bertemu seminggu yang lalu. Kedatangan saya memang untuk mengucapkan turut berduka.
"Tulisan awas anjing galak berukuran besar saja tidak dihiraukan, Â padahal untuk keselamatan mereka sendiri, apalagi tulisan berukuran kecil dan tidak penting bagi mereka" kata Domi lagi, miris.
Saya mencoba menghibur Domi, bahwa realita tersebut memang ada. Ada orang yang tidak peduli dengan tulisan, namun akhirnya jadi terlihat bodoh. Oleh karena itu memang kita saya yang  harus menghadapi dengan sabar.  Â
"Bro, pernah lihat tulisan dilarang membuang sampah disini dan orang tetap membuang sampah kan? Nah, begitu bro?"Â
"Orang jadi tidak mau membaca, tetapi pingin omong saja apa yang dia pikir itu bae, padahal jadi telrihat bodoh mamati"
"Offline dan online ju sama Bro, orang sejenis muncul. Di grup Whatssup, orang-orang seperti ini juga berkembang biak".Â
"Kemarin saja, ada seorang teman menjual kue nastar natal melalu grup WA bahkan dengan mengirimkan foto-fotonya. Kebetulan grupnya belum respon, dan ada anggota yang sudah chat hal yang lain"
"Tapi itu belum lama bro, baru beberapa baris chat di atasnya, lalu tiba-tiba ada anggota grup yang masuk chat, dan nanya, apa ada yang menjual kue nastar?"" Gudubrak.
"Lalu ada lagi yang lebih parah bro!" sambung saya terus bersemangat bercerita.
"Kemarin di grup WA yang sama, ada yang meminta doa bro, karena adiknya sedang kritis di rumah sakit".