Akan tetapi keinginan untuk datang ke bank dan dengan berani menuliskan sesuatu untuk bertransaksi sangat saya hargai. Angkat topi.
Sekarang saya bekerja sebagai pelatih, lebih banyak sebagai pelatih tukang kayu.Â
Beberapa kali saya mendapat kesempatan melatih rekan-rekan difabel untuk menjadi tukang furniture.
Yang ingin saya katakan adalah saya memang telah memberi ketrampilan kepada para sahabat-sahabat ini, tetapi saya belajar semangat dan keberanian dari mereka, hari demi hari.
Ada beberapa tulisan tentang ini yang saya sudah tuliskan di kompasiana.Â
Seperti seorang rekan disabilitas yang tak memiliki anggota tubuh yang lengkap, seperti kaki, tetapi dengan kedua tangannya, pahatan kayu dibuatnya dengan sangat rapi, hingga tersambung membentuk kursi atau meja yang indah.
Ini tentu menginspirasi rekan-rekan difabel yang lain, tetapi juga menginspirasi saya sebagai pelatih atau instrukrur.Â
Kita memang berbeda karena anggota tubuh yang lengkap, tetapi keberanian, keinginan yang kuat membuat perbedaan itu hampir terasa tidak ada.
Terakhir, mau tidak mau saya sepakat dengan pesan Widi dari cerita inspiratifnya ini.Â
Hari demi hari, fasilitas dan layanan harus terus ditingkatkan untuk para pelanggan difabel. Ini adalah pekerjaan rumah bersama yang terus diupayakan hari demi hari.
Di balai latihan kerja kami, saya termasuk yang terus berpikir keras untuk menyiapkan cara dan metode, jikalau ada sahabat difabel yang ingin belajar.Â