Diskusi di antara mereka terhenti, karena meskipun mulai "tajam" tapi masih ada keraguan disana.
***
Soal tiga kisah ini, ada nasihat bilang begini. "Jika kau tahu banyak, sampaikan. Jika kau tidak tahu, mending kau diam. Jika kau tahu setengah-setengah, mending bicara juga jangan terlalu banyak, secukupnya saja".
Jika ada yang mau bertanya apa pendapat saya? Maka saya harus bertanya pada Pace Jimi, sahabat saya dari Papua. Jimi ini salah satu yang ketika kami ada kegiatan bersama seperti diklat adalah orang yang paling mengingatkan kami bahwa Indonesia itu adalah satu meski berbeda suku, agama dan warna kulit.Â
Jadi saya tahu, dia pasti amat kecewa dengan peritiwa rasialis yang terjadi di Surabaya. Saya pasti bersama da sepakat dengan Jimi soal ini.
Soal merdeka, saya tidak terlalu mengerti, hanya berharap pemerintah butuh pendekatan yang berbeda dan istimewa untuk Papua.
Soal Papua itu kaya, saya punya cerita. Suatu kali di daerah saya (Kupang, NTT) mengadakan pameran yang mengundang beberapa provinsi dari luar, salah satunya dari Papua Barat. Kebetulan saya mengenal beberapa teman utusan dari Papua Barat, sebut saya namanya Robert.
Pace Robert : "Hei..Arnold, saya waktu mau mendarat di Kupang dengan pesawat, saya lihat ini pulau gersang sekali. Saya pikir, apa ada manusia bisa hidup kah disini" . (Pace Robert memang suka becanda).
Saya : "Itu sudah...di Papua Barat , hijau suburkah?"
Pace Robert : "Ini..dia memberikan beberapa buku wisata dan info tentang Papua Barat". (Memang luar biasa itu tanah Papua).
"Ini, untuk kamu. (Robert memberikan sebuah pecahan kecil seperti logam).