Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Papua Tanah yang Diberkati, Selebihnya "No Comment"

30 Agustus 2019   21:07 Diperbarui: 30 Agustus 2019   21:27 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papua, Tanah yang diberkati I Gambar : Tribunews

Beberapa hari lalu saya membaca  diskusi panas  gara- gara postingan seorang teman di media sosial. Sebut saja nama teman itu, Niko. 

Niko memposting demikian, " Bagi saya untuk hal-hal yang berbau rasialis, seharusnya tidak ada ampun".

Terlihat postingan ini wajar-wajar saja, sampai seseorang menanggapi status Niko tersebut, sebut saja seseorang itu namanya Dance.

Dance : "Maksudmu Apa Niko?"

Niko : Bagaimana kaka Dance (KD), ini postingan soal kasus di asrama Papua kaka"

Dance : "Kau tahu apa soal Papua?", 

Niko : "Maksud KD? Itu kan Rasialis kan, saya tidak suka kaka"

Dance : "Hei..saya kasitau kamu  ya, itu bukan persoalan SARA saja, itu mahasiswa itu ada yang memang mau kuliah betul-betul, tetapi ada yang anggota OPM, jadi mereka cari gara-gara dan memanfaatkan peristiwa itu, mengerti?"

Niko : "Iya kaka, saya tidak tahu mengerti tentang itu. Saya hanya tahu bahwa soal rasialis saya harus lawan"

Dance : " Iya, tapi itu bukan soal itu saja, mereka juga ada yang mau supaya itu isu digunakan untuk Merdeka, jadi bukan soal rasialis saja. Jadi hati-hati kalau muat status jika tidak paham"

Niko : "Aduh soal Papua saya tidak mengerti kaka, hanya saya hanya mau bahwa rasialis itu memang harus dilawan"

Sesudah itu Dance tidak mengomentari lagi postingan dari Niko. Mungkin mereka akhirnya tahu bahwa cara pandang mereka berbeda dan tidak mungkin ketemu titik temu.

***

Lain lagi komentar  terhadap status Abe kemarin. Abe menuliskan status seperti ini. "SavePapua". Lalu mampirlah Dede untuk memberi berkomentar, dan akhirnya terjadi perdebatan di antara mereka.

Dede : "SaveNKRI"

Abe : " Iya, SaveNKRI, SavePapua bro"

Dede : "Aduh dari status itu tidak terlihat bro, SavePapua itu seperti mengatakan Papua mau merdeka begitu"

Abe  " Siapa bilang, Save Papua itu berarti agar Papua kembali Damai toh, dan pemerintah segera merangkul kita pung pace dan  mace di Papua sana"

Dede :  " Ah, begitu lai.., bukannya ini demo-demo itu, mau merdeka kah?"

Abe : " Ah, tidaklah. Hanya pemerintah harus merangkul, itu tanah Papua itu sudah banyak berkontribusi untuk Indonesia"

Dede : " Ah, jangan bilang begitu kaka, te ini pemerintah ju su banyak bantu dorang juga"

Abe : " Iya, tetapi coba bayangkan yang dulu-dulu, itu perlakukan bagaimana"

Dede : " Aduh, kalo su bilang dulu-dulu, nah saya tidak tahu lagi..., saya hanya berharap NKRI tetap utuh ee"

Perbincangan pun selesai di antara mereka, karena nampaknya info tentang Papua yang pernah bergejolak karena ketimpangan pembangunan,, tidak dipahami oleh Dede.

***

Terakhir, perbicangan di medsos yang sedikit lebih tajam, gara-gara postingan tentang, ada permainan asing di Papua antara Hery dan Doni

Hery : " Hati-hati ada aktor asing di Papua"

Doni : "Ah, kau mulai ngarang sudah"

Hery : "Aeh, bukan rahasia umum lagi bahwa negara asing mau supaya Papua merdeka"

Doni : "Ah..begitu kah?"

Hery : " Itu Amerika, ada makan gigi dengan Indonesia gara-gara Freeport tuh.., apalagi negara lain ju ada incar-incar ko Papua kaya alam nih.."

Doni : " Jadi kau mau bilang, sekarang demo di Papua karena ada campur tangan asing...?"

Hery : " Aduh, saya tidak tahu juga ..saya hanya kira-kira saja.."

Diskusi di antara mereka terhenti, karena meskipun mulai "tajam" tapi masih ada keraguan disana.

***

Soal tiga kisah ini, ada nasihat bilang begini. "Jika kau tahu banyak, sampaikan. Jika kau tidak tahu, mending kau diam. Jika kau tahu setengah-setengah, mending bicara juga jangan terlalu banyak, secukupnya saja".

Jika ada yang mau bertanya apa pendapat saya? Maka saya harus bertanya pada Pace Jimi, sahabat saya dari Papua. Jimi ini salah satu yang ketika kami ada kegiatan bersama seperti diklat adalah orang yang paling mengingatkan kami bahwa Indonesia itu adalah satu meski berbeda suku, agama dan warna kulit. 

Jadi saya tahu, dia pasti amat kecewa dengan peritiwa rasialis yang terjadi di Surabaya. Saya pasti bersama da sepakat dengan Jimi soal ini.

Soal merdeka, saya tidak terlalu mengerti, hanya berharap pemerintah butuh pendekatan yang berbeda dan istimewa untuk Papua.

Soal Papua itu kaya, saya punya cerita. Suatu kali di daerah saya (Kupang, NTT) mengadakan pameran yang mengundang beberapa provinsi dari luar, salah satunya dari Papua Barat. Kebetulan saya mengenal beberapa teman utusan dari Papua Barat, sebut saya namanya Robert.

Pace Robert : "Hei..Arnold, saya waktu mau mendarat di Kupang dengan pesawat, saya lihat ini pulau gersang sekali. Saya pikir, apa ada manusia bisa hidup kah disini" . (Pace Robert memang suka becanda).

Saya : "Itu sudah...di Papua Barat , hijau suburkah?"

Pace Robert : "Ini..dia memberikan beberapa buku wisata dan info tentang Papua Barat". (Memang luar biasa itu tanah Papua).

"Ini, untuk kamu. (Robert memberikan sebuah pecahan kecil seperti logam).

Saya : "Ini apa?"

Pace Robert : " Emas.. dari tanah disana, tetapi belum diolah dengan sempurna "

Saya : " Wah..makasih...(Saya tentu senang, barang itu masih saya simpan, jika bertemu dengan teman, saya bilang , ini emas dari Papua).

Tanah itu memang indah dan diberkati.

Ah, saat ini saya hanya bisa berdoa Semoga Pace Jimi, pace Robert dan saudara basaudara di Papua, segera damai. Damailah Papua, damailah Indonesiaku.

Begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun