Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Papua Tanah yang Diberkati, Selebihnya "No Comment"

30 Agustus 2019   21:07 Diperbarui: 30 Agustus 2019   21:27 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papua, Tanah yang diberkati I Gambar : Tribunews

Diskusi di antara mereka terhenti, karena meskipun mulai "tajam" tapi masih ada keraguan disana.

***

Soal tiga kisah ini, ada nasihat bilang begini. "Jika kau tahu banyak, sampaikan. Jika kau tidak tahu, mending kau diam. Jika kau tahu setengah-setengah, mending bicara juga jangan terlalu banyak, secukupnya saja".

Jika ada yang mau bertanya apa pendapat saya? Maka saya harus bertanya pada Pace Jimi, sahabat saya dari Papua. Jimi ini salah satu yang ketika kami ada kegiatan bersama seperti diklat adalah orang yang paling mengingatkan kami bahwa Indonesia itu adalah satu meski berbeda suku, agama dan warna kulit. 

Jadi saya tahu, dia pasti amat kecewa dengan peritiwa rasialis yang terjadi di Surabaya. Saya pasti bersama da sepakat dengan Jimi soal ini.

Soal merdeka, saya tidak terlalu mengerti, hanya berharap pemerintah butuh pendekatan yang berbeda dan istimewa untuk Papua.

Soal Papua itu kaya, saya punya cerita. Suatu kali di daerah saya (Kupang, NTT) mengadakan pameran yang mengundang beberapa provinsi dari luar, salah satunya dari Papua Barat. Kebetulan saya mengenal beberapa teman utusan dari Papua Barat, sebut saya namanya Robert.

Pace Robert : "Hei..Arnold, saya waktu mau mendarat di Kupang dengan pesawat, saya lihat ini pulau gersang sekali. Saya pikir, apa ada manusia bisa hidup kah disini" . (Pace Robert memang suka becanda).

Saya : "Itu sudah...di Papua Barat , hijau suburkah?"

Pace Robert : "Ini..dia memberikan beberapa buku wisata dan info tentang Papua Barat". (Memang luar biasa itu tanah Papua).

"Ini, untuk kamu. (Robert memberikan sebuah pecahan kecil seperti logam).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun