Semuanya telah terjadi dan tetap dirasa perlu mengapresiasi kedua pemain meski dalam sudut pandang yang berbeda.Â
Di sisi Mo Salah, harus diakui bahwa pemain Mesir ini tahu persis cara untuk mengambil keputusan penting di momen yang tepat yang akhirnya menginspirasi banyak orang.
Meski skor mungkin tidak lagi menentukan dengan berhasil atau tidaknya penalti, namun dalam iklim sepak bola modern yang kompetitif, jarang sekali ada pemain yang mau memberikan kesempatan kepada pemain lain.Â
Menguasai panggung menjadi impian setiap orang, tetapi berbagi panggung, hanya orang istimewa yang dapat melakukannya.
Begitupun dengan Kamara. Kamara seperti ingin mengambil momentum. Kamara berpikir, jika berhasil, dia akan menjadi pahlawan bagi Fulham. Dia bukan pemain yang terkenal, bukan siapa-siapa dan ingin "tampil lebih". Mungkin inilah saatnya.Â
Disinilah dibutuhkan keberanian. Harus diakui Kamara memang berani, sayangnya, pemilihan momentum itu terasa kurang tepat.
Kita dapat belajar sesuatu. Cerdaslah untuk membaca momentum seperti Salah dan beranilah seperti Kamara. Jika itu berjalan baik, sinar terang akan datang, meski bukan kita yang berada di panggung.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H