Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Trilema: Perkotaan Properti dan Pertumbuhan Ekonomi Demi Kepentingan Publik

2 Juni 2024   22:37 Diperbarui: 6 Juni 2024   11:48 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Blok bangunan Rusunawa Kaligawe di Kaligawe, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/4/2019). (KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)

Namun selayaknya pemahaman bertempat tinggal tanpa harus memiliki tetapi jaminan dapat bermukim pada tempat dan lingkungan yang layak. Dengan demikian dapat bergeser dari pembangunan menjadi penyediaan pemukiman bagi warga masyarakat. Dalam kontroversi yang berlangsung dengan tabungan perumahan rakyat diberikan gambaran sebagai berikut.

Warga masyarakat MBR yang bekerja dengan pendapatan bulanan Rp5.000.000,-, wajib menyerahkan sebagai tabungan sejumlah Rp125.000,- ditambah subsidi dari pemberi kerja 0,5% atau Rp25.000,- sehingga total Rp150.000,-. 

Andaikata dana tersebut dipupuk sebagai tabungan memberikan imbalan sebesar 6% per tahun maka dalam waktu 20 tahun nilai tabungan Rp69.306.134,- atau hampir Rp70.000.000. 

Saat ini harga rumah sederhana yang mendapatkan berbagai bantuan Rp166.000.000,-; dengan memperhatikan rerata inflasi tahunan 3% setelah 20 tahun harganya menjadi Rp299.184.464,- atau hampir Rp300 juta. 

Dengan demikian pada penghujung masa tabungan 20 tahun masih kekurangan dana sekitar Rp300 juta - Rp70 juta atau sekitar Rp230 juta - jumlah ini jelas lebih besar dari beban saat ini yang hanya seharga rumah Rp166 juta. 

Model ini jelas pemilikan rumah dengan dukungan tabungan tabungan bukan cara yang tepat. Dalam masa penantian tersebut warga masyarakat MBR masih perlu menyewa pemukiman misalnya secara bulanan dengan beban Rp800.000,- sehingga secara total per bulan dari pendapatan Rp5.000.000 perlu pengeluaran sebesar Rp800.000,- + Rp125.000,- atau Rp925.000,-. 

Sebagai alternatif diberikan solusi sebagai berikut. Warga masyarakat MBR dapat menyewa satu unit rusunawa (rumah susun sederhana sewa) senilai Rp800.000,-. Gambaran rusunawa diberikan pada Peraga-8 berikut ini.

Peraga-8 Rusunawa Jakarta - Jakrev.com 
Peraga-8 Rusunawa Jakarta - Jakrev.com 

Merujuk pada sewa rusunawa di Jakarta, besar sewa bagi Rp500.000,- dan selanjutnya sisanya Rp300.000,- dibukukan sebagai tabungan. Dalam 20 tahun nilai tabungan akan menjadi Rp138.000.000 dan warga masyarakat MBR tersebut mendapatkan opsi untuk melanjutkan sewa dengan biaya yang sama namun yang disisihkan sebagai tabungan sebesar Rp500.000,-. 

Dengan demikian untuk setelah 10 tahun besar tabungan secara keseluruhan menjadi tabungan masa 20 tahun pertama Rp248.000.000 dan tabungan masa 10 tahun selanjutnya Rp82.000.000 atau jumlah keseluruhan Rp330.000.000. 

Dengan dana tersebut memberikan kebebasan dalam memilih perumahan yang layak dan terjangkau yang diinginkan. Ilustrasi yang diberikan beserta angka-angka ini sekedar gugahan untuk melihat opsi sewa yang kelak berujung pada pemilikan sebagai opsi yang dapat menjadi pertimbangan dengan pemahaman bermukim tanpa memiliki (Occupy without Own).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun