Sehingga saya merantau ke Kalimantan setahun mencari pekerjaan untuk modal usaha. Namun, saya tidak diterima. Setelah itu, saya merantau lagi ke Papua hampir setahun tapi hasilnya sama.
Sesudah itu, saya merantau di sini, Jakarta. Namun lagi lagi pekerjaan tak kunjung ku dapat. Saya tidak ada pilihan lain dan saya memutuskan menjadi pengamen di Jakarta. Kalau tidak, mungkin saya sudah mati kelaparan]].
Cerita Ary begitu panjang. Aku seperti dikuliahi 5 SKS. Sampai-sampai aku tak sadar nasi goreng yang disajikan Mbak keburu dingin karena hanyut terbawa cerita pilu dan perjuangan keras Ary.
Sesudah makan kami pergi menemui teman lama Ary di warung kopi. Setelah sampai, duduk kurang lebih 15 menit, teman Ary belum juga datang. Sedangkan jam sudah menunjukan pukul 21.30 WIB.
Seorang perempuan, datang langsung menuju ke arahku. Memakai topi, celana jeans dan jaketnya disobek-sobek. Sementara Ary lagi ke toilet.
Ia duduk tepat di depanku. Aku melirik dengan ekor mata. Perempuan itu bagitu santai, tapi matanya melirik kiri-kana seperti sedang menunggu seseorang.
"Apa orang ini adalah teman Ary? Tidak mungkin! Atau jangan-jangan ..?" dalam hati kecilku berkata.
Sementara satu persatu orang-orang di warung ini mulai pergi karena sudah larut malam sedangkan Ary belum juga datang.
Bersambung...
Weda, 25 Mei 2023
Arnol Goleo [20:50]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H