"Bila hanya satu atau dua lamaran bisa saja tercecer," Kata mereka. Jadi semua total 9 lamaran masuk ke perusahaan. Namun hasilnya tetap sama, sudah dua bulan saya belum juga diterima. Akhirnya, saya memutuskan pulang kampung.
Uang 2 juta telah habis mungkin bagi orang lain itu tidak seberapa namun bagiku yang "miskin" itu sudah sangat besar terbuang cuma-cuma tanpa hasil. Â
Tetapi mau pulang dilema sebab uang sepersen pun tidak ada lagi di tangan. Bertahan juga sama makin banyak uang yang akan saya habiskan lagi di sini.
Karena berpikir adik saya masih kuliah, saya tidak tega meminta tiket lagi kepada orang tua untuk pulang kampung.
"Dari mana yah saya dapat uang agar bisa pulang ke kampung?"
Mau cari kerja sampingan seperti tokoh tidak mungkin sebab di sana hanyalah "desa biasa seperti desa-desa lainnya."
Tiketpun  mahal berkisaran Rp 300.000 sampai Rp 400.000 belum lagi uang makan dalam perjalanan, tidak mungkin saya meminta pada orangtua. Uang sebesar itu bisa saja dikirim orangtua namun akan menambah beban orangtua, sama saja menyuruh mereka untuk berhutang.
Pagi hari om saya mendatangi kami di kosan saudaraku. Ia memberikan kami sebuah tawaran. "Saya sudah mendapat tawaran, kalau kalian bersedia kita menggali pembuangan WC dengan upah 1,5 juta, bagaimana?" kata om saya itu.
Pada saat mendengar tawaran tersebut, rasanya tidak sabar untuk melakukan pekerjaan itu. Sebab dari upah tersebut saya bisa pulang kampung.
Kami pun menerima tawaran tersebut.
Pada esok hari, pagi benar, kami pun berangkat ke lokasi pekerjaan. Lokasinya pun tidak jauh dari tempat tinggal kami sekitar 200 meter jauhnya.