Kulihat layar handphone ternyata nomor sebelumnya, nomor tak dikenal, panggilan tak terjawab sebelumnya menelpon ulang langsung kujawab telepon tersebut.
Halo siapa ini? Saya pun bertanya langsung.
Halo juga. Ia menjawab. Ini dengan om, om sedang dalam perjalanan mau ke situ, om juga mau melamar kerja.
Oke, ditunggu! Jawabku.
Tadinya kupikir adalah kontak HRD, ternyata bukan. Tetapi kontak baru om saya, kartu AS, sebab di kampung ku hanya jaringan Indosat.
***---
Tidak terasa satu bulan telah berlalu belum ada tanda-tanda bahwa saya diterima bekerja di perusahaan.
"Sabar, kamu pasti diterima!" Saudaraku dan lainnya memberikan semangat agar tidak putus asa. Saya pun mengiyakan dan bertahan lagi semampuku.
Uang 1,5 juta telah habis kupakai, seribu pun tidak tersisa lagi di tangan terpaksa telepon ibuku di kampung agar dikirimkan saya uang makan dan kebutuhan foto copy berkas untuk dimasukkan lagi lamaran saya ke perusahaan.
"Walaupun makan ubi kayu dan daun ubi sebagai lauknya mereka tak perduli asalkan bisa makan seadanya. Padahal, mereka mempunyai uang, beras sekarung dan ayam pun bisa dibeli untuk kebutuhan makan sehari-hari."
Kali ini uang yang dikirim 500 ribu, saya foto copy ijazah, KTP dan berkas lainnya dibuat 6 rangkap karena ada beberapa teman saudaraku mau membantu saya agar cepat diterima termasuk ada teman saya dan saudara saya ikut membantu.