Mohon tunggu...
Arnol Goleo
Arnol Goleo Mohon Tunggu... Lainnya - GOLMEN

Penaku bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Asing di Tanah Orang, Lebih Asing di Tanah Sendiri

23 Agustus 2022   14:01 Diperbarui: 23 Agustus 2022   14:04 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Kahh. Sapaan akrab saya. Saya turun dekat Masjid besar posisi Masjid sebelah kanan."

Dia pun masih bertanya: "Kamu sudah lewat lapangan bola kaki?" Saya tambah bingung lagi karena semasa perjalanan saya ketiduran di dalam mobil tiba-tiba mobil berhenti ada dua penumpang turun. Tadinya saya pikir sudah sampai makanya saya pun ikut turun di situ.

Saya kurang tahu kalau saya sudah lewat lapangan bola kaki atau belum. Kayaknya saya belum lewat, belum lihat ada lapangan bola kaki.

Dia pun memberikan saran, Kahh nanti numpang ojek ketika ada karyawan yang lewat.

Saya tutup teleponnya dan saya duduk di bengkel kecil sambil dalam hati kecil bertanya "apa betul ada karyawan yang lewat dan berbaik hati bisa memberikan saya tumpangan?"

"Kira-kira pukul s'tengah tiga siang tapi belum ada satu pun karyawan yang lewat, saya makin gelisah bahaya ini kalau saya nyasar di tempat ini?" tambahnya lagi HPku mati (habis baterei) mau di charging sama saja tombol untuk menyalakan ponsel pun sudah rusak, tak bisa lagi dinyalakan.

Saya duduk di bengkel itu kurang lebih satu jam sampai matahari sudah ke arah barat menunjukkan hari sudah sore kira-kira pukul tiga sore.

Saya makin gelisah lagi karena ponselku kehabisan baterei mau jalan kaki malu dengan bawah tas berisikan pakaian, tas satunya lagi berisikan fanta 1,5 liter dua botol belum lagi satu dus bawaan kue titipan dari mertua (titipan kue, mertua saudaraku untuk cucunya).

Dengan buang rasa malu saya bergegas mengambil barang bawaanku langsung jalan kaki mencari tempat kost saudara saya dengan bermodalkan tanda lapangan bolakaki dan bandara udara yang diberi petunjuk saudaraku tadi ditelepon, itu sebagai peta penunjuk arah mencari tempat tinggalnya.

Dengan panasnya di bawah terik sinar matahari walau sudah jam tiga sore ditambah lagi tidak ada pepohonan di sepanjang jalan, saya terus berjalan dengan lumuran keringat, sambil dalam hati berkata inilah perjuangan!

Seperti pepatah mengatakan: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun