Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Corak Insang

28 September 2024   15:42 Diperbarui: 28 September 2024   15:44 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam seremonial matikan pukol terdapat pembacaan doa, penyuapan murid oleh guru menggunakan benda tertentu, meneteskan air jeruk nipis ke mata, mandi, dan makan bersama.

Datuk Amri paling ingat momen ketika ia meneteskan sari jeruk nipis ke matanya. Saat itu ia terbaring menahan perih sembari mengunci mulut rapat-rapat supaya tidak berisik. Ketika sensasi pedas di mata Datuk Amri mulai hilang, ia merasakan penglihatannya semakin cerah dan jelas.

Tahap "cuci mata" ini memiliki filosofi bahwa setelah selesai menjalani proses pelatihan, murid mampu melihat sesuatu dengan perspektif yang lebih luas dan jernih. Sementara itu, dalam konteks bela diri, murid akan cakap dalam membaca gerakan maupun serangan lawan.

Terbukti, selama fase "kegelapan" di Kota Pontianak, Datuk Amri belum pernah kalah bertarung. Semua pukulan lawan terlihat lambat atau seperti slow motion sehingga mudah dihindari. Kota ini memang pernah melewati suatu periode ketika para durjana merajalela. Datuk Amri ibarat antidot dari rusaknya ketertiban dan keamanan kala itu. Dia adalah pahlawan lokal yang tak pernah digaji dan diperhatikan oleh negara.

Tapi yang namanya penjahat tak akan pernah habis. Mereka seperti tikus dan kecoa yang berhasil melintasi zaman. Contohnya dua hari lalu, Datuk Amri, sendirian, berhasil mengalahkan seorang pembegal yang berusaha merampas sebuah tas dari seorang pejalan kaki yang kebetulan lewat di dekat rumahnya sekitar jam sebelas malam. Datuk Amri tak pakai senjata, tangan kosong sahaja.

Pembegal yang keok itu, namanya Ruiz Esteban, masih sempat memaki-maki Datuk Amri. Dia bersumpah akan membalas dendam dalam waktu dekat. Pada tahun 2024 ini ia berhasil menguasai sejumlah area kecil di Kelurahan Sungai Jawi, termasuk Gang Lapis Legit, lokasi kediaman Datuk Amri.

Sistem keamanan lingkungan yang Datuk Amri bentuk bersama warga sudah memudar. Beberapa orang sudah melupakan nilai silaturahmi yang terkandung saat meronda. Celakanya, banyak pula yang tak mau ikut menjaga keamanan sekaligus tak mau berkontribusi apa pun yang menyangkut hal tersebut. Mereka percaya bahwa gembok, terali besi, dan keangkuhan mampu menahan gempuran kejahatan tanpa perlu repot-repot mengantuk di poskamling.

Oleh karena itu, atas dasar kepedulian yang bertepuk sebelah tangan, Datuk Amri rela berjaga malam nyaris setiap hari demi keamanan warga. Sikap rela berkorban memang sudah lama mengalir dalam urat nadinya. Namun, sekarang ia hanya memantau keadaan dari serambi rumahnya, karena poskamling sudah lama roboh. Sesekali Datuk Amri berjalan pelan sambil memonitor celah-celah bangunan rumah warga Gang Lapis Legit yang bisa ditembus maling.

Dua kilometer dari tempat Datuk Amri berjaga, terdapat Pasar Tradisional Bunga Telang. Di sanalah pusat kekuasaan Ruiz Esteban sang preman. Rutinitas hariannya adalah mengumpulkan "uang keamanan" dari para pedagang dengan cara mengancam dan melakukan tindakan kekerasan. Duit itu dia gunakan untuk berjudi secara daring, penyalahgunaan narkotika, dan pewarna rambut.

Ruiz Esteban punya ciri khas tertentu yang membuatnya mudah dikenal: rambut warna kuning, jarang mandi, muka kusam, beraroma alkohol, dan sering menggaruk ketiak di tempat umum.

Dendam yang membara telah memotivasi Ruiz Esteban untuk segera menghabisi Datuk Amri. Berbekal informasi tentang tempat tinggal Datuk Amri, penjahat kambuhan itu telah menyiapkan berbagai senjata tajam, dia akan segera melaksanakan suatu rencana jahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun