Lucunya, sepanjang perayaan idulfitri, pertanyaan "sekarang kerja di mana" mendapatkan delapan puluh persen porsi ketika saya menganggur dulu, meski ketika sudah bekerja, orang-orang tetap menanyakan hal konyol seperti itu, dan saya tetap terganggu.Â
Dua puluh persen sisanya diisi dengan pertanyaan "kapan nikah", "kapan punya anak", dan sejenisnya kepada para orang lajang (hahahahaha, kena juga mereka). Saya berharap di masa yang akan datang, perayaan hari raya tidak lagi diisi kebodohan.
Tapi saya punya trik khusus untuk menghindari orang-orang yang suka menanyakan pekerjaan kalau bertemu. Caranya adalah menjawab: "Saya bisnis gorengan".
Setelah menjawab, jika memungkinkan, langsung pergi. Cari alasan untuk pergi dari tempat itu dengan segera, atau pelan-pelan. Kenapa harus pergi?Â
Karena dia yang menanyakan pekerjaan dengan tidak sopan, pantas untuk mendapatkan ketidakhadiran kita. Skor menjadi nol-nol. Seimbang, santai saja.
Jika Anda merasa trik yang saya sampaikan terdengar terlalu kasar, ada cara lain. Andai memungkinkan, cobalah mengidentifikasi dan/atau menebak siapa saja yang akan hadir pada suatu acara/kegiatan, ketika terasa beresiko maka hindarilah sejak awal. Bukan bermaksud lari dari kenyataan, melainkan untuk menjauhi konflik yang tak perlu.
Tentu saja kita semua berbahagia untuk rekan-rekan yang telah menapaki kesuksesan, tak lupa berdoa untuk diri sendiri agar mendapatkan kebahagiaan duna-akhirat.
Apa yang menjadi kegelisahan saya di dunia modern ini adalah tingginya ilmu tak seimbang dengan tingginya adab. Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang memiliki akhlak mulia.
Mari kita renungkan perkataan Rasulullah salallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: "Allah telah mencatat takdir setiap makhluk, 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi."
----
Dicky Armando, S.E. - Pontianak